Sejarah Lengkap Penulisan Al-Qur’An (Bag. 1)

Diambil dari kitab “Manahilul ‘Irfan fi Ulumil Qur’an” karya Imam Az-Zarqani. Pengumpulan Al-Qur’an ditinjau dari segi penulisannya terjadi 3 periode : Pertama, pada masa Nabi saw. Kedua, pada masa sobat Abu Bakar As-Shiddiq. Ketiga, pada masa sobat Utsman bin Affan. Dan pada masa terakhir ini mushaf-mushaf telah berhasil disalin dan disebarkan ke seluruh penjuru dunia.

Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Rasulullah saw. 

Rasulullah saw. mengangkat penulis-penulis wahyu manakala turun ayat-ayat Al-Qur’an dan memerintahkan mereka untuk menulisnya. Tujuannya yaitu untuk mengukuhkan dan mengikat (menjaganya). Dan untuk menambah rasa percaya diri, hafalan, dan kehati-hatian pada kitab Allah Ta’ala, sehingga goresan pena tersebut terang lafadznya dan sanggup ditulis lafadznya.

Adapun mereka para penulis wahyu yang merupakan sobat Nabi yang terbaik, di antaranya: Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Muawiyah, Aban bin Sa’id, Khalid bin Walid, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Tsabit bin Qais, dan lainnya. Adapun Nabi saw. menunjuk mereka terhadap subjek yang ditulis dari surahnya. Dan mereka menuliskannya pada daerah yang gampang (mereka peroleh) yakni dari daun palm, batu, kulit atau kertas, potongan endoderm (jaringan bab dalam kulit), tulang dari tulang pundak dan rusuk, kemudian goresan pena tersebut disimpan di rumah Rasulullah saw. 

Demikianlah, berlalunya masa Nabi dengan selamat dan Al-Qur’an dikumpulkan dengan cara demikian. Bagaimana pun ia belum ditulis di atas mushaf.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, sebetulnya ia berkata, “Apabila ada sebuah surah diturunkan kepada Rasulullah saw., maka dia memanggil sebagian (sahabat) yang bertugas menulisnya dan bersabda : “Letakkanlah surah ini pada daerah yang disebutkan demikian dan demikian”.

Dan dari Zaid bin Tsabit, ia berkata, “Pada masa Rasulullah saw. Al-Qur’an ditulis pada kulit atau kertas”. Dan adapun penyusunan tersebut (menjadi) pelajaran keteraturan susunan ayat-ayat menurut bimbingan Nabi saw. dan dengan didasarkan atas ketetapan dari malaikat Jibril as. atas perintah Allah Azza wa Jalla.



Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Sahabat Abu Bakar As-Shiddiq

Peristiwa-peristiwa besar dan kesulitan-kesulitan yang terjadi telah membawa perubahan pada masa pemerintahan sobat Abu Bakar As-Shiddiq. Diantaranya yaitu terjadinya perang Yamamah pada tahun 12 H. yang mana banyak para penghafal Al-Qur’an yang gugur dalam pertempuran tersebut.

Permasalahan ini ditanggapi serius oleh sobat Umar bin Khattab, yang kemudian ia mendorong sobat Abu Bakar untuk mengumpulkan Al-Qur’an. Hal tersebut dilakukannya lantaran dikhawatirkan Al-Qur’an sanggup tersia-sia (tercecer), alasannya yaitu banyaknya para penghafal Al-Qur’an yang  meninggal dunia. Atas dasar dorongan sobat Umar bin Khattab, Allah-pun membukakan hati sobat Abu Bakar untuk mengumpulkan Al-Qur’an.

Ia mendapat pencerahan dari Allah dalam mengerjakan pekerjaan ini, yaitu dengan mengangkat salah satu sobat terbaik. yaitu Zaid bin Tsabit. Hal tersebut dikarenakan Zaid bin Tsabit merupakan sobat yang mempunyai kelebihan dibanding sahabat-sahabat lain, menyerupai dia merupakan penghafal Al-Qur’an, penulis wahyu Rasulullah saw. dan juga turut menyaksikan Al-Qur’an dihadapkan kepada Rasulullah menjelang simpulan hayatnya. Selain itu, Zaid bin Tsabit juga dikenal sebagai sobat yang mempunyai pendirian yang kokoh, wira’i, amanah, tepat akhlaknya dan istiqomah dalam menjalankan agamanya.

Dalam mengumpulkan Al-Qur’an, Zaid bin Tsabit menempuh jalan dengan sangat hati-hati, sabar dan menyusunnya sesuai dengan hukum yang telah ditetapkan oleh sobat Abu Bakar dan sobat Umar bin Khattab. Di dalam hukum tersebut terdapat tanggungan (aturan) yang meliputi kitabullah, dengan hukum yang patut baginya menyerupai penetapan (tasabbut/akurasi) yang tinggi dan kehati-hatian yang mendalam. Pengumpulan Al-Qur’an tidak hanya mengandalkan hafalan yang ia miliki, tidak pula dengan goresan pena yang ia tulis dan apa yang ia dengar dari telinganya, akan tetapi lebih dari itu, ia berupaya semaksimal mungkin dengan rasa percaya diri, dengan mengacu pada dua hal pokok, yaitu:

1.) Al-Qur’an yang ditulis eksklusif dihadapan Rasulullah saw.

2.) Al-Qur’an yang telah dihafal oleh para sahabat 

Diantara kehati-hatian tersebut dibuktikan oleh sobat Zaid bin Tsabit, sebetulnya ia sedikit pun tidak mau menulis sumber-sumber yang ada sebelum ia mendatangkan dua orang saksi sebetulnya Al-Qur’an yang ditulis benar-benar berasal dari Rasulullah saw.

Berdasarkan peraturan yang bijaksana  ini, penulisan dan pengumpulan Al-Qur’an selesai dilakukan dengan kemuliaan sobat Abu Bakar, sobat Umar bin Khattab, dan dominan para sahabat, serta janji umat. Sahabat Ali bin Abu Thalib berkata, “Orang yang mendapat pahala paling besar di dalam pengumpulan Al-Qur’an yaitu sobat Abu Bakar”. Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat-Nya kepada sobat Abu Bakar lantaran dia merupakan pioner dalam pengumpulan Al-Qur’an.

Al-Qur’an yang telah disusun oleh sobat Zaid bin Tsabit dengan mendapat perhatian dan proteksi yang lebih dari para sahabatnya, alhasil diterima dan disimpan di sisi sobat Abu Bakar, kemudian pada periode kekhalifahan Umar bin Khattab disimpan oleh dia dan sehabis sobat Umar bin Khattab meninggal dunia, Al-Qur’an pun disimpan di rumah putri Umar bin Khattab, yaitu Hafsah yang mendapat gelar Ummul Mukminin. Pada periode selanjutnya Al-Qur’an yang telah berhasil dikumpulkan dijadikan pijakan oleh sobat Utsman dalam penyalinan Al-Qur’an, sebagaimana keterangan berikut. bersambung

Comments