Sejarah Lengkap Penulisan Al-Qur’An (Bag. 2)

Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Sahabat Utsman bin Affan

Pada masa sahabat Utsman, telah terjadi ekspansi wilayah sehingga kota-kota pun telah menjadi ramai dan orang-orang muslim pun telah tersebar ke seluruh penjuru tanah Arab. Pada waktu itu, setiap generasi meriwayatkan Al-Qur’an dengan cara (bacaan) yang paling terkenal dikala itu. Hal tersebut dikarenakan terdapat perbedaan dalam hal pelafalan abjad dan cara membacanya, terlebih lagi mereka tidak mempunyai mushaf yang sanggup dijadikan referensi yang berlaku diantara mereka.

Berdasarkan sebab-sebab dan kejadian itulah, sahabat Utsman melihat celah dan peluang dengan argumentasi dan akurasi pendapatnya untuk mencari solusi dalam hal ini sebelum timbul mudarat (fitnah) di mana-mana. Langkah pertama yang dia tempuh yaitu dengan cara mengumpulkan para sahabat yang mempunyai pengetahuan tinggi dan mempunyai analisa yang jitu, serta mempunyai anutan yang sanggup diterima di kalangan para sahabat untuk menuntaskan perselisihan yang terjadi. Dengan itu semua, terjadilah akad untuk menyalin Al-Qur’an yang telah beredar di kota-kota dan memerintahkan masyarakat untuk memperabukan mushaf yang tidak disepakati, dengan tujuan biar mereka tidak menyebabkan referensi dan patokan selain mushaf yang telah menjadi akad bersama.

Penetapan dan penyalinan Al-Qur’an pada masa sahabat Utsman dimulai pada final tahun ke-24 H. dan selesai pada tahun ke 25 H. Dalam penyalinan Al-Qur’an, sahabat Utsman menyumpah (membaiat) empat orang sahabat terbaik dan penghafal Al-Qur’an yang sanggup dipercaya. Mereka yakni Zaid bin Tsabit dari Madinah, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin Ash dan Abdurrahman bin Haris bin Hisyam, yang mana tiga sahabat yang terakhir (disebut) berasal dari suku Quraisy.

Setelah memutuskan empat orang sahabat sebagai penulis Al-Qur’an, sahabat Utsman mengirimkan utusan kepada Hafsah binti Umar, untuk mengambil salinan Al-Qur’an yang disimpan di rumahnya, yang merupakan mushaf yang sebelumnya telah dirumuskan dan disusun pada periode sahabat Abu Bakar As-Shiddiq. Berdasarkan mushaf inilah, empat sahabat yang menjadi dewan penulis Al-Qur’an tersebut menggunakannya sebagai teladan atau referensi dalam penyalinan naskah Al-Qur’an. Dalam melaksanakan penyalinan naskah Al-Qur’an, dewan yang ditunjuk oleh sahabat Utsman, sedikitpun tidak berani menyalinnya kecuali mereka meyakini sebenarnya para sahabat telah membacanya dan Rasulullah saw. pun membaca sesuai dengan bacaan mereka.

Setelah sahabat Utsman berhasil menyalin Al-Qur’an dengan jalan mirip yang telah dijelaskan, lalu dia berbagi hasil salinan tersebut ke seluruh penjuru negeri dan dia memerintahkan kepada masyarakat biar memperabukan mushaf selain mushaf yang telah ditetapkan sahabat Utsman, baik yang berupa jilid-jilidan ataupun yang berbentuk lembaran-lembaran, dengan tujuan biar mereka tidak berpegang pada mushaf jilidan atau lembaran tersebut melainkan kepada mushaf yang telah berhasil disusun, yang mempunyai beberapa keunggulan sebagai berikut:

a.) Penulisan dilakukan dengan jalan mutawatir (diriwayatkan oleh orang banyak).

b.) Meniadakan penyalinan bacaan yang tidak terdapat pada final hidup Rasulullah saw. 

c.) Penyusunan surah dan ayatnya dilakukan sebagaimana yang kita kenal sekarang, yang mana hal tersebut berbeda pada masa sahabat Abu Bakar dimana pada masa itu dilakukan penyusunan ayatnya akan tetapi surahnya tidak disusun.

d.) Penulisannya dilakukan dengan jalan yang telah disepakati oleh banyak sekali bentuk bacan yang berbeda-beda dan sesuai dengan abjad dikala Al-Qur’an diturunkan.

e.) Memisah (membatasi) dari sesuatu yang bukan Al-Qur’an, mirip mushaf yang ditulis oleh sebagian sahabat sebagai penjelas ayat yang dinasakh dan dimansukh atau hal-hal lain yang kasusnya ibarat ini.

Berdasarkan keunggulan-keunggulan tersebut, para sahabat setuju untuk memperabukan mushaf-mushaf yang mereka miliki atau beredar dikalangan mereka dan menggantinya dengan memakai mushaf yang disusun oleh sahabat Utsman (Mushaf Utsmani).



Ringkasan Pengumpulan Al-Qur’an Pada Tiga Periode

1.) Penulisan Al-Qur’an yang terjadi pada masa Nabi saw. merupakan suatu keterangan dari penulisan dan penyusunan Al-Qur’an. Hal tersebut dikarenakan, penulisan yang terjadi pada masa itu yaitu dilakukan dan ditulis di pelepah kurma, tulang belulang, batu, dan daun-daun lain yang sanggup dijadikan sebagai alat untuk menulis. Adapun tujuan pengumpulan ini yaitu sebagai penambah rasa percaya terhadap Al-Qur’an (bukti otentik), sekalipun klarifikasi mengenai Al-Qur’an telah dilakukan dengan cara dihafal di kalangan para sahabat.

2.) Pengumpulan Al-Qur’an pada masa sahabat Abu Bakar As-Shiddiq merupakan suatu keterangan dari pemindahan dan penulisan Al-Qur’an ke dalam bentuk mushaf menurut pengurutan ayat-ayatnya. Adapun tujuannya, yaitu menulis dan membukukan Al-Qur’an secara keseluruhan yang disusun secara urut. Hal ini ditempuh sebagai antisipasi biar ayat-ayat Al-Qur’an tidak hilang lantaran meninggalnya para penghafal Al-Qur’an. 

3.) Pengumpulan Al-Qur’an pada masa sahabat Utsman bin Affan merupakan suatu keterangan pemindahan dari apa yang terdapat di dalam mushaf menjadi satu mushaf, yaitu mushaf “imam”. Setelah berhasil disusun dan diurutkan surah-surah dan ayat-ayatnya, lalu Al-Qur’an tersebut disebarkan ke seluruh penjuru tanah Arab.
Catatan Penting

Al-Qur’an pada masa sahabat ditulis tanpa memakai titik dan harakat. Penulisan harakat, titik dan abjad yang tidak ditulis hanya ditulis dengan memakai abjad kecil mirip “alif dan wawu”.  Hal tersebut tiada lain yaitu untuk mempermudah cara membaca Al-Qur’an pada masa setelahnya dikala agama Islam telah tersebar luas ke suku-suku selain Arab.

Wallahu A’lam


Penerjemah: Saifur Ashaqi dkk.
Sumber: Kitab “I’jazu Rasmil Qur’an” karya Syaikh Muhammad Syamlul dari Mesir

Comments