Riwayat Singkat Imam Al-Qusyairi

Imam al-Qusyairi, Maha Guru Sufi

 Nama lengkapnya yakni Abdul Karim al Qusyairi Riwayat Singkat Imam al-Qusyairi
Nama lengkapnya yakni Abdul Karim al Qusyairi. Nasabnya, Abdul Karim bin Hawazin bin Abdul Malik bin Thalhah bin Muhammad. Panggilannya Abul Qasim, sedangkan gelarnya cukup banyak, antara lain yang sanggup kita sebutkan:

An-Naisaburi

Dihubungkan dengan Naisabur atau Syabur, sebuah kota di Khurasan, salah satu ibu kota terbesar Negara Islam pada kurun pertengahan disamping Balkh, Harrat dan Marw. Kota di mana Umar Khayyam dan penyair sufi Fariduddin 'Atthaar lahir. Dan kota ini pernah mengalami kehancuran akhir perang dan bencana. Sementara di kota inilah hidup Maha Guru asy Syeikh al Qusyairi hingga final hayatnya.


Al-Qusyairi.

Dalam kitab al Ansaab' disebutkan, al Qusyairy gotong royong dihubungkan kepada Qusyair. Sementara dalam Taajul Arus disebutkan, bahwa Qusyair yakni marga dari suku Qahthaniyah yang menempati wilayah Hadhramaut. Sedangkan dalam Mu'jamu Qabailil 'Arab disebutkan, Qusyair yakni Ibnu Ka'b bin Rabi'ah bin Amir bin Sha'sha'ah bin Mu'awiyah bin Bakr bin Hawazin bin Manshur bin Ikrimah bin Qais bin Ailan. Mereka mempunyai beberapa cucu cicit. Keluarga besar Qusyairy ini bersemangat memasuki Islam, lantas mereka tiba berbondong bondong ke Khurasan di zaman Umayah. Mereka pun ikut berperang ketika membuka wilayah Syam dan Irak. Di antara mata rantai keluarganya yakni para pemimpin di Khurasan dan Naisabur, namun ada juga yang memasuki wilayah Andalusia pada dikala penyerangan di sana.
Al-Istiwaiy
Mereka yang tiba ke Khurasan dari Astawa berasal dari Arab. Sebuah negeri besar di wilayah Naisabur, mempunyai desa yang begitu banyak. Batas batasnya berhimpitan dengan batas wilayah Nasa. Dan dari kota itu pula para Ulama pernah lahir.
Asy-Syafi'y
Dihubungkan pada mazhab asy Syafi'y yang dilandaskan oleh Muhammad bin Idris bin Syafi'y (150 204 H./767 820 M.).
Gelar Kehormatan
Ia mempunyai gelar gelar kehormatan, seperti: Al Imam, al Ustadz, asy Syeikh (Maha Guru), Zainul Islam, al jaa'mi bainas Syariah wal haqiqat (Pengintegrasi antara Syariat dan Hakikat), dan seterusnya.
Nama nama (gelar) ini diucapkan sebagai penghormatan atas kedudukannya yang tinggi dalam bidang ilmu pengetahuan di dunia islam dan dunia tasawuf


Nasab Ibundanya:

Beliau mempunyai hubungan dari arah ibundanya pada as Sulamy. Sedangkan pamannya, Abu Uqail as Sulamy, salah seorang pemuka wilayah Astawa. Sementara nasab pada as Sulamy, terdapat beberapa pandangan. Pertama, as Sulamy yakni nasab pada Sulaim, yaitu kabilah Arab yang sangat terkenal. Nasabnya, Sulaim bin Manshur bin Ikrimah bin Khafdhah bin Qais bin Ailan bin Nashr. Kedua, as Salamy yang dihubungan pada Bani Salamah. Mereka yakni salah satu keluarga Anshar. Nisbat ini berbeda dengan kriterianya.


Kelahiran dan Wafatnya

Ketika ditanya perihal kelahirannya, al Qusyairy mengatakan, bahwa ia lahir di Astawa pada bulan Rablul Awal tahun 376 H. atau tahun 986 M. Syuja' al Hadzaly menandaskan, dia wafat di Naisabur, pada pagi hari Ahad, tanggal 16 Rablul Akhir 465 H./l 073 M. Ketika itu usianya 87 tahun.
Ia dimakamkan di samping makam gurunya, Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq ra, dan tak seorang pun berani memasuki kamar pustaka pribadinya dalam waktu beberapa tahun, sebagai penghormatan atas dirinya.

Kehidupan Al-Qusyairi

Tidak banyak diketahui mengenai masa kecil al-Qusyairy, kecuali hanya sedikit sahaja.. Namun, yang jelas, dia lahir sebagai yatim. Ayahnya telah wafat ketika usianya masih kecil. Kemudian pendidikannya diserahkan padaAbul Qasim al Yamany, salah seorang sobat bersahabat keluarga al Qusyairy. Pada al Yamany, ia mencar ilmu bahasa Arab dan Sastra.
Para penguasa negerinya sangat menekan beban pajak pada rakyatnya. Al Qusyairy sangat terpanggil atas penderitaan rakyatnya ketika itu. Karenanya, dirinya tertantang untuk pergi ke Naisabur, mempelajari ilmu hitung, biar sanggup menjadi pegawai penarik pajak, sehingga kelak sanggup meringankan beban pajak yang amat memberatkan rakyat.
Naisabur ketika itu merupakan ibu kota Khurasan. Seperti sebelumnya, kota ini merupakan sentra para Ulama dan memperlihatkan peluang besar banyak sekali disiplin ilmu. Syeikh al Qusyairy sampal di Naisabur, dan di sanalah dia mengenal Syeikh Abu Ali al-Hasan bin Ali an Naisabury, yang terkenal dengan panggilan ad-Daqqaq, seorang pemuka pada zamannya. Ketika mendengar ucapan ucapan ad-Daqqaq, al-Qusyairy sangat mengaguminya. Ad-Daqqaq sendiri telah berfirasat mengenai kecerdasan muridnya itu. Karena itu ad-Daqqaq mendorongnya untuk menekuni ilmu pengetahuan.
Akhirnya, al Qusyairy merevisi cita-cita semula, dan cita cita sebagai pegawai pemerintahan hilang dari benaknya, menentukan jalan Tharikat.
Ustadz asy Syeikh mengungkapkan panggilannya pada Abu Ali ad-Daqqaq dengan panggilan asy-Syahid.

Kepandaian Berkuda

Al Qusyairy dikenal sebagai penunggang kuda yang hebat, dan ia mempunyai keterampilan permainan pedang serta senjata sangat mengagumkan.


Perkawinan

Syeikh al-Qusyairy mengawini Fatimah putri gurunya, Abu Ali al-Hasan bin Ali an Naisabury (ad Daqqaq). Fatimah yakni seorang perempuan yang mempunyai prestasi di bidang pengetahuan sastra, dan tergolong perempuan hebat ibadat di masanya, serta meriwayatkan beberapa hadis. Perkawinannya berlangsung antara tahun 405 412 H./1014-1021 M.


Putera Puterinya

Al Qusyairy berputra enam orang dan seorang putri. Putra-putranya memakai nama Abdu. Secara berurutan: 1) Abu Sa'id Abdullah, 2) Abu Sa'id Abdul Wahid, 3) Abu Manshur Abdurrahman, 4) Abu an Nashr Abdurrahim, yang pernah berpolemik dengan pengikut teologi Hanbaly sebab berpegang pada mazhab Asy'ari. Abu an Nashr wafat tahun 514 H/1120 M. di Naisabur, 5) Abul Fath Ubaidillah, dan 6) Abul Mudzaffar Abdul Mun'im. Sedangkan seorang putrinya, berjulukan Amatul Karim.
Di antara salah satu cucunya yakni Abul As'ad Hibbatur-Rahman bin Abu Sa'id bin Abul Qasim al Qusyairy.


Menunaikan Haji

Maha Guru imam ini menunaikan kewajiban haji bersamaan dengan para Ulama terkenal, antara lain: 1) Syeikh Abu Muhammad Abdullah binYusuf al-Juwainy (wafat 438 H./1047 M.), salah seorang Ulama tafsir, bahasa dan fiqih, 2) Syeikh Abu Bakr Ahmad ibnul Husain al-Balhaqy (384 458 H./994 1066 M.), seorang Ulama pengarang besar, dan 3) Sejumlah besar Ulama ulama masyhur yang sangat dihormati ketika itu.


Belajar dan Mengajar

Para guru yang menjadi pembimbing Syeikh al Qusyairy tercatat:
Abu Ali al-Hasan bin Ali an Naisabury, yang terkenal dengan nama ad-Daqqaq.
Abu Abdurrahman - Muhammad ibnul Husain bin Muhammad al-Azdy as Sulamy an Naisabury (325 412 H./936 1021 M.), seorang Ulama Sufi besar, pengarang sekaligus sejarawan.
Abu Bakr - Muhammad bin Abu Bakr ath-Thausy (385 460 H./995 1067 M.). Maha Guru al Qusyairy mencar ilmu bidang fiqih kepadanya. Studi itu berlangsung tahun 408 H./1017 M.
Abu Bakr - Muhammad ibnul Husain bin Furak al Anshary al-Ashbahany (wafat 406 H./1015 M.), seorang Ulama hebat Ilmu Ushul. Kepadanya, dia mencar ilmu ilmu Kalam.
Abu Ishaq - Ibrahim bin Muhammad bin Mahran al Asfarayainy (wafat 418 H./1027 M.), Ulama fiqih dan ushul. Hadir di Asfarayain. Di sana (Naisabur) dia dibangunkan sebuah madrasah yang cukup besar, dan al-Qusyairy mencar ilmu di sana. Di antara karya Abu Ishaq yakni al-jaami' dan ar-Risalah. Ia pernah berpolemik dengan kaum Mu'tazilah. Pada syeikh inilah al-Qusyairy mencar ilmu Ushuluddin.
Abul Abbas bin Syuraih. Kepadanya al-Qusyairy mencar ilmu bidang fiqih.
Abu Manshur - Abdul Qahir bin Muhammad al Baghdady at-Tamimy al-Asfarayainy (wafat 429 H./1037 M.), lahir dan besar di Baghdad, kemudian menetap di Naisabur, kemudian wafat di Asfarayain.

Di antara karya karyanya, Ushuluddin; Tafsiru Asmaail Husna; dan Fadhaihul Qadariyah. Kepadanya al Qusyairy belaj'ar mazhab Syafi'y.


Disiplin Ilmu Keagamaan

Ushuluddin: Al Qusyairy belaj'ar bidang Ushuluddin berdasarkan mazhab Imam Abul Hasan al Asy'ary.
Fiqih: Al Qusyairy dikenal pula sebagai hebat fiqih mazhab Syafi'y.
Tasawuf: Beliau seorang Sufi yang benar benar jujur dalam ketasawufannya, tulus dalam mempertahankan tasawuf Komitmennya terhadap tasawuf begitu dalam. Beliau menulis buku Risalatul Qusyairiyah, sebagaimana komitmennya terhadap kebenaran teologi Asy'ary yang dipahami sebagai konteks spirit hakikat Islam. Dalam pleldoinya terhadap teologi Asy'ary, dia menulis buku: Syakayatu Ahlis Sunnah bi Hikayati maa Naalahum minal Mihnah.
Karena itu al Qusyairy juga dikenal sebagai teolog, seorang hafidz dan hebat hadis, hebat bahasa dan sastra, seorang pengarang dan penyair, hebat dalam bidang kaligrafi, penunggang kuda yang berani. Namun dunia tasawuf lebih secara umum dikuasai dan lebih terkenal bagi kebesarannya.

Forum Imla'

Maha Guru al Qusyairy dikenal sebagai imam di zamannya. Di Baghdad misalnya, dia mempunyai lembaga imla' hadis, pada tahun 32 H./1040 M. Hal itu terlihat dalam bait bait syairnya. Kemudian lembaga tersebut berhenti. Namun dimulai lagi ketika kembali ke Naisabur tahun 455 H./1063 M.

Forum Muzakarah

Maha Guru al Qusyairy juga sebagai pemuka forum-forum muzakarah. Ucapan-ucapannya sangat membekas dalam jiwa ummat manusia. Abul Hasan Ali bin Hasan al-Bakhrazy menyebutkan pada tahun 462 H./1070 M dengan memujinya bahwa al-Qusyairy sangat indah nasihat-nasihatnya. "Seandainya kerikil itu dibelah dengan cambuk peringatannya, niscaya kerikil itu meleleh. seandainya iblis bergabung dalam majelis pengajiannya, sanggup bisa iblis bertobat. Seandainya harus dipilah mengenai keutamaan ucapannya, niscaya terpuaskan.
Hal yang senada disebutkan oleh al-Khatib dalam buku sejarahnya, Ketika Maha Guru ini tiba ke Baghdad, kemudian berbicara di sana, kami menulis semua ucapannya. Beliau seorang yang terpercaya, sangat hebat nasihatnya dan sangat elok isyaratnya."
Ibnu Khalikan dalam Waftyatul Ayan, menyebutkan nada yang memujinya, begitu pula dalam Thabaqatus Syafi'iyah, karya Tajudddin as-Subky.

Murid-muridnya yang Terkenal

  • Abu Bakr - Ahmad bin Ali bin Tsabit al-Khatib al-Baghdady (392463 H./1002 1072 M.).
  • Abu Ibrahim - Ismail bin Husain al-Husainy (wafat 531 H./l 137 M.)
  • Abu Muhammad - Ismail bin Abul Qasim al-Ghazy an-Naisabury.
  • Abul Qasim - Sulaiman bin Nashir bin Imran al-Anshary (wafat 512 H/118 M.)
  • Abu Bakr - Syah bin Ahmad asy-Syadiyakhy.
  • Abu Muhammad - Abdul Jabbar bin Muhammad bin Ahmad al-Khawary.
  • Abu Bakr bin Abdurrahman bin Abdullah al-Bahity.
  • Abu Muhammad - Abdullah bin Atha'al-Ibrahimy al-Harawy.
  • Abu Abdullah - Muhammad ibnul Fadhl bin Ahmad al-Farawy (441530 H./1050 1136 M.)
  • Abdul Wahab ibnus Syah Abul Futuh asy-Syadiyakhy an-Naisabury.
  • Abu Ali - al-Fadhl bin Muhammad bin Ali al-Qashbany (444 H/ 1052 M).
  • Abul Tath - Muhammad bin Muhammad bin Ali al-Khuzaimy.


Cobaan yang Mendatang

Ketika popularitinya di Naisabur semakin meluas, Maha Guru telah mendapat cobaan melalui taburan kedengkian dan dendam dari jiwa para fuqaha di kota tersebut. Para fuqaha tersebut menganjurkan biar menghalangi langkah langkah popularitasnya dengan menyebar propaganda. Fitnah itu dilemparkan dengan menciptakan tuduhan tuduhan dusta dan kebohongan kepada orang orang di sekitar Syeikh. Dan fitnah itu benar benar berhasil dalam merekayasa mereka. Ketika itulah al Qusyairy ditimpa tragedi yang begitu dahsyat, dengan banyak sekali ragam siksaan, cacian dan pengusiran, sebagaimana diceritakan oleh as-Subky.

Mereka yang mengecam. Al-Qusyairy rata-rata kaum Mu'tazilah dan neo-Hanbalian, yang mempunyai imbas dalam pemerintahan Saljuk. Mereka menuntut biar sang raja menangkap al-Qusyairy, dicekal dari acara dakwah dan dilaknati di banyak sekali masjid-masjid di negeri itu.
Akhirnya para murid muridnya bercerai-berai, orang-orang pun mulai menyingkir darinya. Sedangkan majelis-majelis dzikir yang didirikan oleh Maha Guru ini dikosongkan. Akhirnya, tragedi itu hingga pada puncaknya, Maha Guru harus keluar dari Naisabur dalam keadaan terusir, hingga cobaan ini berlangsung selama limabelas tahun, yakni tahun 440 H. hingga tahun 455 H. Di selasela masa yang getir itu, dia pergi ke Baghdad, dimana dia dimuliakan oleh Khallfah yang berkuasa. Pada waktu waktu luangnya, dia pergi ke Thous.
Ketika peristiwa Thurghulbeg yang tragis berakhir dan tampuk Khalifah diambil alih oleh Abu Syuja', al-Qusyairy kembali bersama rombongan berhijrah dari Khurasan ke Naisabur, hingga sepuluh tahun di kota itu. Sebuah masa yang sangat membahagiakan dirinya, sebab pengikut dan murid-muridnya bertambah banyak.


Di Salin Dari : https://romanacinta.blogspot.com/search?q=imam-al-qusyairi-maha-guru-sufi

Sumber http://tarekataulia.blogspot.com/

Comments