Sekilas Perihal Penulis Maulid Diba

 
Abdurrahman bin Ali bin Muhammad bin Umar bin Ali bin Yusuf bin Ahmad bin Umar Ad Diba`i Asy Syaibaniy, ia juga dikenal dengan julukan Ibn Diba`
Ad-Diba’i
يا بدر تم حاز كل كمال # ماذا يعبر عن علاك مقالي
Wahai purnama yang mempunyai segala kesempurnaan
Dengan ucapan apa sanggup kuungkapkan kemuliaanmu

Maqbarah Syeikh Isma'il Jabarti (Zabid) yang di dalamnya terdapat maqam Abdurrahman Ad Diba'i
Pelantun syair kebanggaan atas Nabi Muhammad SAW. yang lebih dikenal dengan Maulid Diba` ini, berjulukan lengkap Abdurrahman bin Ali bin Muhammad bin Umar bin Ali bin Yusuf bin Ahmad bin Umar Ad Diba`i Asy Syaibaniy, ia juga dikenal dengan julukan Ibn Diba`. Sebenarnya kata "Diba`" ialah julukan (laqob) kakeknya yang berjulukan Ali bin Yusuf Diba` yang dalam bahasa Sudan berarti putih. Dalam kitabnya yang berjudul Bughyatul Mustafid, ia menuliskan di bagaian selesai kitab tersebut perihal sekilas riwayat hidupnya. Disebutkan bahwa ia dilahirkan di kota Zabid (salah satu kota di Yaman utara) pada sore hari Kamis, 4 Muharram, 866 H.


Sekilas Geografis Zabid
Zabid ialah salah satu kota bau tanah yang terletak di Yaman utara. Sekarang kota Zabid termasuk dalam daerah propinsi Hudaidah. Letak geografisnya berada di tengah-tengah lembah Zabid, yang berjarak 40 kilometer dari bahari merah. Dahulu kota Zabid dikenal juga dengan nama "Hushoib".
Zabid merupakan salah satu kota sentra keilmuan di Yaman, di mana sejarah mencatat banyak ulama-ulama dari banyak sekali penjuru penggalan dunia yang tiba untuk menuntut ilmu atau sekedar mencari sanad hadis di kota ini. Bahkan tak jarang dari mereka yang balasannya enggan kembali ke daerah asalnya dan menentukan untuk tinggal di kota Zabid hingga selesai hayatnya.
Kota ini sudah dikenal semenjak masa hidupnya Nabi Muhammad SAW, tepatnya pada tahun ke-8 Hijriyah. Di mana ketika itu datanglah rombongan suku Asy`ariah (di antaranya ialah Abu Musa Al Asy`ari) yang berasal dari Zabid ke Madinah Al Munawwaroh untuk memeluk agama Islam dan mempelajari ajaran-ajarannya. Karena begitu senangnya atas kedatangan mereka, Nabi Muhammad SAW. berdoa memohon semoga Allah SWT. memberkahi kota Zabid dan Nabi mengulangi doanya hingga tiga kali (HR. Al Baihaqi). Dan berkat barokah doa Nabi, hingga ketika ini, nuansa tradisi keilmuan di Zabid masih sanggup dirasakan. Hal ini alasannya ialah generasi ulama di kota ini sangat gigih menjaga tradisi khazanah keilmuan Islam.
Di Zabid terdapat masjid Asya`ir yang dibangun semenjak tahun ke-8 Hijriyah, masjid yang dibangun oleh Abu Musa Al Asy`ari ini merupakan salah satu dari ketiga masjid yang dibangun oleh sobat Nabi di Negeri Saba' (Yaman).

Masa Kecil Ibn Diba`
Pengarang Maulid Diba`i ini lahir ketika ayahnya sedang bepergian, dan hingga selesai hayatnya ia tidak pernah bertemu dengan ayahnya. Beliau diasuh oleh kakek dari ibunya yang berjulukan Syeikh Syarafuddin bin Muhammad Mubariz yang juga seorang ulama besar yang tersohor di kota Zabid ketika itu. Meskipun demikian, ketiadaan sosok ayah tidak menjadi penghalang bagi Ibn Diba` untuk menuntut ilmu pada ulama-ulama besar Zabid.
Semenjak kecil, Ibn Diba` sudah sangat ulet dalam menimba ilmu kepada para ulama. Beliau mencar ilmu membaca Al Alquran dibawah bimbingan Syeikh Nuruddin Ali bin Abu Bakar kemudian berpindah kepada mufti Zabid Syeikh Jamaluddin Muhammad Atthoyyib yang masih terhitung pamannya sendiri. Setelah gurunya melihat talenta kecerdasan istimewa yang dimiliki Ibn Diba`, maka sang Mufti menyuruhnya untuk membaca Al Alquran dari awal hingga akhir. Berkat kecerdasan dan ketekunan, ia sudah sanggup menghafal Al Alquran ketika masih berusia sepuluh tahun.
Tak usang sehabis ia berhasil menghatamkan Al Quran, Ibn Diba' mendengar isu sedih bahwa ayahnya telah meninggal dunia di salah satu daerah di daratan India. Beliau mendapat harta warisan sebanyak 8 Dinar. Meninggalnya ayah ia tak memadamkan motivasi Ibn Diba` dalam menuntut ilmu, malah sebaliknya ia makin semangat. Setelah insiden itu, ia tetapkan untuk mencar ilmu ilmu Qiroat dengan mengaji Nadzom (bait) Syatibiyah dan juga mempelajari ilmu Bahasa (gramatika), Matematika, Faroidl, Fikih, dengan masih di bawah bimbingan pamannya. Atas instruksi pamannya, ia disuruh untuk mengaji kitab Zubad (nadlom Fiqh madzhab Syafi`i) kepada Syeikh Umar bin Muhammad Al Fata Al Asy`ari.

Ibn Diba' Menimba llmu
Kemudian sehabis menghatamkan kitab Zubad, dengan bermodal uang harta warisan yang didapat dari ayahnya, Ibn Diba` menempuh perjalanan jauh menuju tanah Haram Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Sepulang dari Makkah, ia disambut dengan isu sedih bahwa kakeknya meninggal dunia. Sepeninggal kakeknya, Ibn Diba` tinggal bersama pamannya sambil tetap mengkaji beberapa ilmu di bawah bimbingan pamannya.
Pada tahun 885 H. ia berangkat ke Makkah lagi untuk menunaikan ibadah haji yang kedua kalinya. Sepulang dari Makkah, Ibn Diba` kembali lagi ke Zabid. Beliau mengkaji ilmu Hadis dengan membaca Shohih Bukhori, Muslim, Tirmidzi, Al Muwattho` di bawah bimbingan Syeikh Zainuddin Ahmad bin Ahmad Asy Syarjiy. Di tengah-tengah sibuknya mencar ilmu Hadis, Ibn Diba' menyempatkan diri untuk mengarang kitab Ghoyatul Mathlub yang membahas perihal kiat-kiat bagi umat Muslim semoga mendapat ampunan dari Allah SWT. Tak puas dengan hanya mencar ilmu Hadis, Ibn Diba` kemudian mencar ilmu Fikih dengan membaca kitab Minhajuttholibin dan Haawi Shoghir kepada Syeikh Jamaluddin bin Ahmad bin Jaghman dan membaca kitab-kitab hadis kepada Syeikh Burhanuddin bin Jaghman.
Pada tahun 896 H. ia berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji yang ketiga kalinya. Beliau berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW. di Madinah. Setelah itu kembali lagi ke Makkah untuk menuntut ilmu Hadis kepada para ulama tanah Haram, di antara gurunya Syeikh Syamsuddin Muhammad bin Abdurrahman Assyakhowi, seorang ulama Hadis yang tersohor kala itu.
Sepulang dari Makkah ia mengarang kitab Kasyfu Al Kirbah dan Bughyat Al Mustafid. Karena kehebatan karangannya, ia mendapat kebanggaan dari Sultan Dzofir `Amir bin Abdul Wahab, dan memintanya untuk hadir ke istananya. Sulthan Dzofir kemudian menunjukkan ajuan untuk menambal kekurangan-kekurangan yang ada di kitabnya. Sebelum pulang ke Zabid ia diberi hadiah sebuah rumah dan sepetak kebun kurma di kota Zabid. Dan Sultan tadi memintanya untuk mengajar ilmu Hadis di masjid Jami` Zabid.

Kebiasaan dan Karya-karya Ibn Diba'
Beliau ialah salah seorang ulama hebat Hadis yang terkemuka pada masa ke-9 H. kehebatannya dalam bidang Hadis telah diakui oleh para ulama, sehingga banyak yang tiba kepadanya untuk meminta sanad Hadis dan mendalami ilmu Hadis. Meskipun demikian, Hal itu tak membuatnya berbesar hati, tapi sebaliknya dia makin tawaddlu` (rendah hati).
Ibn Diba' mempunyai kebiasaan untuk membaca surat Al Fatihah dan menganjurkan kepada murid-murid dan orang sekitarnya untuk sering membaca surat Al Fatihah. Sehingga setiap orang yang tiba menemui ia harus membaca Fatihah sebelum mereka pulang.  

Hal ini tidak lain alasannya ialah ia pernah mendengar salah seorang gurunya pernah bermimpi, bahwa hari selesai zaman telah tiba kemudian dia mendengar suara, “ Wahai orang Yaman masuklah ke nirwana Allah.” Lalu orang-orang bertanya, “Kenapa orang-orang Yaman sanggup masuk nirwana ?” Kemudian dijawab, "karena mereka sering membaca surat Al Fatihah".

Ibn Diba` termasuk ulama yang produktif dalam menulis. Hal ini terbukti ia mempunyai banyak karangan baik di bidang Hadis ataupun Sejarah. Karyanya yang paling dikenal ialah syair-syair sanjungan (madah) atas Nabi Muhammad SAW. yang populer dengan sebutan Maulid Diba`i, Meskipun ada yang menisbatkan Maulid ini kepada Ibn Jauzi, hanya saja pendapat ini sangat lemah.
Di antara buah karyanya yang lain: Qurrotul `Uyun yang membahas perihal seputar Yaman, kitab Mi`roj, Taisiirul Usul, Bughyatul Mustafid dan beberapa bait syair. Beliau mengabdikan dirinya hinga selesai hayatnya sebagai pengajar dan pengarang kitab. Ibn Diba'i wafat di kota Zabid pada pagi hari Jumat, tanggal 26 Rajab, 944 H.

Sumber http://tarekataulia.blogspot.com/

Comments