Biografi Habib Sholeh Bin Muhsin Al Hamid ( Tanggul )


 
Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid lahir di Korbah,Ba Karman ( Wadi Amd ) Hadramaut pada tahun 1313 H. Ayahnya ialah Habib Muhsin bin Ahmad yang populer dengan sebutan AlBakry-AlHamid, seorang yang saleh dan wali yang pintar dan dicintai serta dihormati oleh masyarakatnya. Banyak orang yang tiba kepadanya untuk bertawasul dan memohon doa' demi tercapainya segala hajat mereka. Ibundanya seorang perempuan salihah berjulukan Aisyah dari keluarga Alabud Ba Umar dari Masyayikh Al-amudi.
Habib Sholeh mulai mempelajari kitab suci Al-Qur'an dari seorang guru yang berjulukan said Ba Mudhij, di Wadi Amd, yang juga dikenal sebagai orang saleh yang tiada henti-hentinya berdzikir kepada Allah swt. Sedangkan ilmu fiqih dan tasawuf dia pelajari dari ayahnya sendiri, Habib Muhsin Al-Hamid.

Pada usia 26 tahun, tepatnya pada bulan keenam tahun 1921 M, dengan ditemani Asy-Syekh Al-Fadil Assoleh Salim bin Ahmad Al-Asykary, Habib Sholeh meninggalkan Hadramaut menuju Indonesia. Mereka berdua singgah di Jakarta untuk beberapa saat. Kemudian sepupu beliau, Habib Muhsin bin Abdullah Al-Hamid, seorang panutan para Sadah atau masyarakat, mengajak dia singgah di kediamannya di Lumajang.
Beliau menetap di Lumajang untuk beberapa saat. Kemudian pindah ke Tanggul dan karenanya menetap di desa tersebut. Pada suatu ketika dia melaksanakan Uzlah, mengasingkan diri dari manusia, selama lebih dari tiga tahun. Selama itu pula dia tidak menemui seorang pun dan tidak seorangpun insan menemuinya.

Dalam khalwatnya itu, sebagaimana diceritakan oleh sahabat terdekat Habib Sholeh semasa hidupnya dalam karangan yang ditulis oleh Habib Muhammad bin Hud Assegaf. Habib Sholeh menceritakan :

"Wahai anakku, ketika dalam khalwat saya mencicipi ketenangan batin. Dimana saya banyak membaca Al-Qur'an dan kitab Dalailul Khoirot yang berisi sholawat dan salam kepada Sayyidis Sadad saw, saya bertemu Rasulullah saw yang memancarkan sinar dari wajahnya yang mulia."
Pada suatu ketika dalam khalwatnya, sang guru besarnya, orang yang juga mempunyai karamah, Al-Imam Al-Qutub Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf, bagaikan kilat yang bersinar terperinci tiba kepadanya. Sebuah pertanda, Habib Sholeh Al-Hamid telah dipandang bisa mengemban amanah dan dipercaya menyandang Khilafah kenabian serta untuk menebarkan kemanfaatan kepada umat manusia.

Selanjutnya sang guru mengajaknya keluar dari khalwatnya itu. Lalu menyuruhnya tiba ke kediamannya di Gresik. Sesampainya di rumah, sang guru menyuruh Habib sholeh Al-Hamid mandi di Jabiyah-kolam mandi yang khusus-miliknya. Setelah itu, sang guru memberinya mandat dan ijazah dengan memakaikan jubah imamah dan sorban hijau kepadanya dan mengatakan, "Ya Habib Sholeh, tiba kepadaku Rasulullah SAW dan mengutusku untuk menyerahkan sorban hijau ini. Ini ialah mengambarkan kewalian quthb ( kutub ) atasku jatuh ke pundakmu," kata Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf.

Habib Sholeh ketika itu merasa dirinya kecil dan belum pantas, maka dia bertanya, "Pantas kah saya mendapatkan anugerah Allah swt yang sedemikian besar ini ? Mampukah saya mengembannya?"
Dalam khalwatnya, dia menangis terus, tidak pernah keluar dari kamarnya, dan minta petunjuk kepada Allah swt. Saat itu rumahnya masih sangat sederhana, terbuat dari bilik bambu. Padahal sudah banyak habib, saudara, orang-orang kaya, tiba kepadanya untuk membongkar rumahnya, tapi dia tidak pernah mau. Alasannya, "Jangan dibetulkan! Jangan diapa-apakan! Biarka saja, saya takut Rasulullah SAW tidak tiba lagi ke daerah ini. Saya setiap hari berjamaah shalat lima waktu dengan Rasulullah SAW di rumah ini. Jangan dibongkar rumah ini."Khalwatnya itu berlangsung selama kurang lebih tujuh tahun. Hingga suatu ketika dia menerima isyarat dari Rasulullah SAW semoga menziarahinya di Madfnah. Ketika dia mengutarakan maksud dan tujuannya akan berangkat ke Baitullah di Makkah dan Madinah, banyak orang yang mau ikut.
Akhirnya, berangkatlah dia ke Makkah. Saat itulah, Habib Muhammad bin Husein al-Hamid ( Labor, Pasar Minggu ) merenovasi rumahnya.
Ketika dia pulang, tidak memperlihatkan kemarahan. Saat ditanya oleh banyak orang, Habib Sholeh dengan tersenyum menjawab, "Sebelum rumah ini dibangun, saya telah diberi tahu oleh Rasulullah SAW, "Biarkan rumah itu dibangun." Sebuah pertanda, Habib Sholeh al-Hamid telah dipandang bisa mengemban amanah Nabi serta menebarkan kemanfaatan kepada umat manusia.

Mulai Dakwah

Dakwah Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid kepada masyarakat sekitar, diawalinya dengan membangun mushala di daerah kediamannya. Habib Sholeh selalu mengisinya dengan acara shalat berjemaah dan hizib Al-Qur'an antara magrib dan Isya di Mushala ini. Beliau juga menggelar pengajian-pengajian yang membahas hal-hal mana yang dihentikan oleh agama dan mana yang diwajibkan agama, kepada masyarakat sekitar.
Setiap selesai shalat asar, dia membacakan kitab An-Nashaihud Dinniyah, karangn Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, yang diraikannya kedalam bahasa keseharian masyarakat sekitar, yakni bahasa Madura.
Beberapa tahun kemudian, dia mendapatkan hadiah sebidang tanah dari seorang Muhibbin-orang yang menyayangi anak cucu keturunan Rasulullah saw, yakni H.AbdurRasyid. tanah inilah kemudian ia wakafkan. Di atas tanah inilah, dia membangun masjid yang diberi nama Riyadus Shalihin. Di masjid ini acara keagamaan semakin semarak. Kegiatan keagamaan, menyerupai shalat berjamaah, hizib Al-Qur'an, sreta pembacaan Ratib al-Haddad, rutin dibaca di antara magrib dan isya.
Dalam kesehariannya, dia selalu melapangkan dada orang-orang yang sedang dalam kesusahan. Sering, bahkan, orang-orang yang sedang dililit hutang, dia bantu untuk menyelesaikannya. Jika dia melihat seorang gadis dan jejaka yang kawin, dia dengan segera mencarikan pasangan hidup dengan terlebih dahulu memperlihatkan seorang calon. Apabila ada kecocokan di antara keduanya, segeralah mereka dinikahkan. Bahkan, sering Habib sholeh yang membantu biaya perkawinannya. Pernah pula, dalam waktu sehari dia mendamaikan dua atau tiga orang yang bermusuhan.
Wasiat atau ajarannya yang paling populer :
"Hendaklah setiap kau menjaga shalat lima waktu. Jangan pernah tinggalkan shalat Shubuh berjamaah. Muliakan dan berbuat oke kepada ke dua orang tua. Jadilah kau sekalian sebagai rahmat bagi seluruh alam. Berbuat baik jangan pilih kasih, kepada siapapun dan dimanapun."
Dalam kehidupan kemasyarakatan, dia juga terlibat sangat aktif. Antara lain, Habib Sholeh juga tercatat sebagai pemberi spirit dengan meletakkan kerikil pertama pembangunan Rumah Sakit Islam Surabaya. Bahkan dia tercatat sebagai penasihat Rumah Sakit. Beliau juga tercatat sebagai ketua takmir Masjid Jami yang didirikan di kota Jember yang pembangunannya juga sanggup diselesaikan dalam waktu singkat berkat doa' dan keikut sertaannya dalam peletakan kerikil pertama.

Derajat kewaliannya.

Kekaramahan dan derajat kewalian Habib sholeh bin Muhsin Al-Hamid telah mencapai tingkatan Qutub. Yakni, sebagai pemimpin dan pemuka bagi para pembesar aulia di masanya. Dalam konteks ini, berkata Habib Abdul Qadir bin Ahmad bin Abdurrahman Assegaf, "Habib Sholeh ialah orang yang doa'nya selalu terkabul dan orang yang sangat dicintai dan disegani."
Bahkan, salah spesialis waris keluarga Habib pernah mendengar salah seorang saleh yang sanggup mendapatkan amanah bercerita kepadanya, ia pernah bermimpi melihat Habib Sholeh memegang tiang dari nur yang sinarnya berkilauan hingga ke langit. Lalu terdengar ucapan, "Sesungguhnya Habib Sholeh ialah orang yang Mujabud dakwah-doa'nya selalu menerima ijabah."
Dikisahkan, suatu waktu dia sedang berjalan bersama Habib Ali bin Abdurrahman binAbdullah Al-Habsyi, Kwitang Jakarta, dan dia juga berkunjung ke kediaman Habib Ali di Bungur, Jakarta. Saat melintasi sebuah lapangan, dia melihat aneka macam orang berkumpul untuk melaksanakan shalat Istisqa ( Shalat minta hujan ), karena Jakarta ketika itu dilanda kemarau panjang. Habib Sholeh Tanggul pun berkata, "Serahkan saja kepadaku, biar saya yang akan memohon hujan kepada Allah swt."
Tak usang kemudian, sesudah Habib Sholeh menengadahkan tanganke langit, seraya membaca doa' meminta hujan, hujan pun turun.
Mengenai banyaknya bencana menyerupai itu, dimana doa'nya selalu diijabah, Habib Al-Barokah Addai' ilallah Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi pernah bertanya kepada Habib Sholeh, "Wahai Habib Sholeh, engkau ialah orang doa'nya selalu terkabulkan dan engkau sangat dicintai Allah swt dan segala permohonanmu selalu dikabulkan." Maka Habib Sholeh pun menjawab, "Bagaimana tidak, sedangkan saya belum pernah melaksanakan hal yang menciptakan Allah swt murka-tidak pernah melanggar hukum Allah swt."
Suatu ketika ada orang bertanya, "ya Habib Sholeh, apa sih kelebihan ibadah Habib sehingga doa Habib cepat terkabul ?
Habib Sholeh menjawab, "Mau tahu rahasianya? Saya tidak pernah menaruh pispot di kepala saya."
Orang itu bertanya kembali, "Apa maksudnya, ya Habib ?"
"Jangan pernah pispot di kepala dalam beribadah; artinya, artinya, janganlah membangga-banggakan dunia yang pada karenanya hanya akan menciptakan diri kita malu....pispot, walaupun terbuat dari emas murni yang terbaik di dunia dan bertatahkan intan berlian yang juga terbaik, jika dibentuk topi, tetap akan menciptakan malu.
Kalau orang membangga-banggakan diri bermodalkan dunianya, lihat saja, orang itu akan terjerembab oleh dunia. Karena amal orang itu dipamer-pamerin......," kata Habib Sholeh.
Selain itu katanya, "Jangan melaksanakan dosa syirik."
Adapun, mengenai kedermawanannya, tak seorangpun meragukannya. Bahkan dia selalu menyampaikan apa yang ada di tangannya manakala ada seorang yang meminta atau bahkan memberi salah satu dari kedua pakaiannya. Berkata salah seorang ulama mengenainya, "Seandainya dia tak mempunyai apapun kecuali rohnya, ia pun akan menyerahkannya kepada yang memintanya."
Banyak yang meyakini, Habib Sholeh Tanggul ialah seorang wali yang erat dengan Nabi Khidir. Karena itu pula dia populer dermawan, seolah apapun yang dia miliki ingin dia berikan kepada setiap orang yang membutuhkan.

Dari Adam Malik hingga Alwi Shihab.

Pada ketika Adam Malik ( mantan Menteri Luar Negeri ) menjabat sebagai Kepala Kantor Berita Antara; suatu ketika lewat Lembaga yang dipimpinnya, dia mengungkap keterlibatan Menlu Soebandrio, yang ketika itu dikenal sebagai Tokoh berfaham ajara komunis. Karuan saja, berita-berita yang dimuat itu menciptakan Soebandrio dan jajarannya kalang kabut karena merasa terpojokkan. Ia murka besar.
Mendapat bahaya tersebut, Adam Malik pun berusaha mencari perlindungan. Maka datanglah ia kepada Habib Sholeh Al-Hamid di Tanggul, Jember. Disini Adam Malik menceritakan latar belakang persoalannya. Mendengar pengaduan itu, Habib Sholeh Tanggul hanya tersenyum. Beliau berkata : "Jangan takut terhadap ancamannya. Nanti kau yang akan menggantikan kedudukannya."
Memang benar, ternyata tak usang berselang, sesudah Soeharto menjabat Presiden, giliran Adam Malik yang menjabat menteri luar negeri. Apa yang pernah diucapkan Habib Sholeh Tanggul jadi kenyataan.
Kisah serupa terjadi sekitar 30 tahun yang lalu. Alwi Shihab mantan menteri luar negeri di masa presiden K.H.Abdurrahman Wahid, pernah tiba ke kediaman Habib Sholeh Tanggul. Pada masa itu, ia tiba diantar oleh ayahandanya. Keperluannya mohon doa restu untuk berguru luar negeri. Tujuannya berguru ke Amerika di Harvard University.
Pada kesempatan itu, Alwi Shihab mengutarakan apa yang menjadi problemnya. Antara lain, ia tidak punya biaya yang cukup untuk mengurus visa dan paspor. Mendengar keluhan Alwi Shihab, Habib Sholeh Tanggul menyarankan semoga Alwi Shihab mandi di ke dua sumur yang terdapat di sekitar kediamannya.
Alwi Shihab pun mandi mandi di ke dua sumur tersebut. Setelah itu, kepada Alwi Shihab, Habib Sholeh Tanggul menasehati semoga ia tiba ke Adam Malik yang ketika itu menjabat Menlu. Kontan, Alwi Shihab menyampaikan kekhatirannya. Ia rakyat biasa, bagaimana bisa bertemu dengan seorang menteri?
Memdengar keberatan Alwi Shohab, karenanya Habib Sholeh menasehatinya semoga tidak takut, seraya menyuruhnya supaya menemui Adam Malik dengan membawa surat darinya, "Bawa surat saya ini. Jangan takut pada Adam Malik, kelak kau akan menjadi menyerupai Adam Malik." Kata Habib Sholeh Tanggul. Ternyata ujaran Habib Sholeh Tanggul kali ini pun telah menjadi sebuah kenyataan.

Wanita dari Swiss.

Suatu hari datanglah seorang perempuan dari Swiss kepada Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid. Anehnya, sebelum tiba menuju desa Tanggul, kediaman Hbib Sholeh, perempuan tersebut lebih dulu bermimpi. Di dalam mimpinya ia diminta tiba menemui sang Habib.
Tanpa banyak berpikir, si perempuan pun berdasarkan dan eksklusif terbang dari Swiss menuju Indonesia, ke Tanggul, sebuah daerah yang namanya abnormal baginya. Ternyata ia mempunyai problem rumit. Empat hari lagi ia akan menikah dengan seorang laki-laki yang ia cintai. Tetapi malang, laki-laki tersebut ternyata digaet oleh seorang perempuan jalang. Maka rencana ijab kabul pun terancam batal.
Di tengah-tengah kegalauannya itulah, di suatu malam, ia bermimpi didatangi seseorang yang kemudianmemperkenalkan dirinya sebagai Habib Sholeh yang katanya beralamat di Tanggul, Jember, Indonesia. Kepadanya dikatakan, Habib Sholeh itu sanggup menuntaskan problem yang dihadapi. Itulah yang membuatnya ingin tau dan ingin segera mencari tahu dan menemui seorang Habib menyerupai dimaksud dalam mimpinya.
Tak disangka, setibanya di Bandara Soekarno-Hatta, ia pun tak mendapatkan kesulitan yang berarti. Setelah bertanya ke petugas bandara wacana siapa gerangan Habib Sholeh Tanggul, ternyata salah seorang di antara petugas ada yang tahu dan bersedia mengantarnya.
Di sana ia terkejut. Ternyata ia betul-betul melihat orang yang sama persis dengan yang dilihatnya dalam mimpi. Tak lain tak bukan, dialah Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid. Pada ketika itu kebetulan sedang banyak tamu. Setelah memperkenalkan diri, tak usang kemudian, ia dipersilahkan masuk dan berganti pakaian. Sebab ia orang Eropa yang biasa dengan pakaian bebas. Setelah itu, ia pun dipersilahkan mengutarakan maksud kedatangannya.
Tidak usang ia bertamu di kediaman Habib Sholeh. Sebab sesudah itu, sang Habib menyuruhnya segera bertolak ke Swiss. Kepadanya dikatakan "Segeralah pulang ke Swiss. Nanti setibanya kau disana, calon suamimu akan menangis di depan pintu rumahmu sambil mengakui kesalahannya dan memohon maaf kepadamu." Tanpa banyak tanya lagi, perempuan malang itu pun segera bertolak menuju Swiss.
Lama tak terdengar kabar. Lalu beberapa bulan kemudian, perempuan tersebut tiba kembali. Kali ini dengan kisah yang berbeda. Ternyata apa yang dikatakan oleh Habib Sholeh kepadanya menjadi kenyataan. Kini ia telah hidup senang sebagai sepasang suami istri. Kepada Habib Sholeh ia berucap terima kasih. Dan ia pun memperlihatkan apa saja yang Habib Sholeh minta, ia akan mengabulkannya. Tetapi an waliyullah tak mengharapkan imbalan apapun, alasannya ialah ia menolong nrimo karena Allah semata dan tak pilih kasih.
'Hanya saja, jika boleh saya meminta." Ujar sang Habib, "dan tidak ada sama sekali paksaan......kalau kau berkenan, aya meminta kau memeluk islam." Dan, alhamdulillah, dengan penuh kesadaran serta keikhlasan, perempuan tersebut beserta suaminya memeluk agama islam.


Sumber : https://romanacinta.blogspot.com/search?q=habib-sholeh-bin-muhsin-al-hamid

Sumber http://tarekataulia.blogspot.com/

Comments