Hikmah Imam Al-Ghazali Berguru Membersihkan Hati

 Banyak dongeng menarik seputar Imam  Al Ghazali Hikmah Imam Al-Ghazali Belajar Membersihkan Hati  
Banyak dongeng menarik seputar Imam Al Ghazali, yang paling populer yaitu dongeng wacana Ahmad, adiknya, melalui jalan saudaranya inilah jalan tasawuf menjadi pilihan Al Ghazali. Saking berterima kasihnya Al Ghazali mendedikasikan sebuah kitabnya, Madhunun bih Ala Ghairi Ahlih, untuk sang adik.

Alkisah, suatu hari saat Imam Al Ghazali menjadi imam disebuah masjid . Tetapi saudaranya yang berjulukan Ahmad tidak mau berjamaah bersama, Imam Al Ghazali kemudian berkata kepadanya ibunya :

"Wahai ibu, perintahkan saudaraku Ahmad biar shalat mengikutiku, supaya orang-orang tidak menuduhku selalu bersikap buruk terhadapnya". Ibu Al Ghazali kemudian memerintahkan puteranya Ahmad biar shalat makmum kepada saudaranya Al Ghazali. Ahmad pun melakukan perintah sang ibu untuk shalat bermakmum kepada Al Ghazali,

Ketika Al Ghazali menjadi Imam shalat di masjid, sementara adiknya menajdi makmum. Ketika itu adiknya melihat badan sang abang berdarah, maka ia pun (Muffaragah) membatalkan makmum kepada kakaknya, dan meneruskan shalat sendiri. Usai shalat, Ghazali bertanya, “Mengapa kau membatalkan makmum kepadaku?” jawab Ahmad, adiknya, “Aku melihat kanda penuh darah.”

Sejenak Ghazali termenung. “Memang dalam shalat saya sedang berpikir wacana duduk kasus haid.” Adik kandung Imam Ghazali memang dikenal sebagai andal Kasyf, bisa melihat sesuatu yang tidak sanggup dilihat oleh orang awam. Seketika itu Ghazali sadar wacana pentingnya dunia sufi. Dan kejadian inilah yang mendorongnya mendalami ilmu tasawuf.


Al Ghaali bertanya kepada adiknya Ahmad : "Dari manakah engkau berguru ilmu pengetahuan menyerupai itu" ? Saudaranya menjawab, "Aku berguru Ilmu kepada Syekh Al Utaqy yaitu seorang tukang jahit sandal-sandal bekas. Al Ghazali kemudian pergi kepadanya" .

Dia berkata kepada Syekh Al khurazy : " Saya ingin berguru kepada Tuan ". Syekh itu berkata : Mungkin engkau tidak sanggup mengikuti perintah-perintahku ".
Al Ghazali menjawab : "Insya Allah, saya besar lengan berkuasa ".
Syekh Al Khurazy berkata : "Bersihkanlah (sepuluh) lantai ini ".
Al Ghazali laris hendak dengan sapu. Tetapi Syekh itu berkata : " sapulah (bersihkanlah) dengan tanganmu ". Al Ghazali menyapunya lantai dengan tangannya, kemudian dia melihat kotoran yang banyak dan bermaksud menghindari kotoran itu.
Namun Syekh berkata : " bersihkan pula kotoran itu dengan tanganmu ".
Al Ghazali kemudian bersiap membesihkan dengan menyisingkan pakaiannya. Melihat keadaan yang demikian itu Syekh berkata : " Nah bersìhkan kotoran itu dengan pakaian menyerupai itu " .

Al Ghazali menuruti perintah Syekh tersebut dengan hati yang ridha dan ikhlas. Tetapi begitu Al Ghazali akan memulai melakukan perintah Syekh, ia eksklusif mencegahnya dan memerintahkan biar pulang. Al Ghazali pulang dan setibanya dirumah ia menerima ilmu pengetahuan yang luar biasa. Dan Allah telah memperlihatkan Ilmu Laduni atau ilmu Kasyaf yang diperoleh dari ilmu tasawuf atau kebersihan hati kepadanya.

Maka semenjak itu ia tetapkan untuk mengakibatkan tasawuf sebagai jalan mengenal Allah yang tujuan karenanya disebut makrifat. Menurut Ghazali, makrifat tidak hanya berarti mengenal Allah, tetapi juga mengenal alam semesta. Hakikat dan Makrifat bukan hanya pengenalan biasa, meliankan juga ilmu yang tak diragukan kebenaranya, yang disebut Ainu al-Yaqin – tersingkapnya sesuatu secara jelas, tidak ada keraguan, mustahil salah dan keliru.

Makrifat bergotong-royong diperoleh melalui llham. Allah memancarkan Nur ke dalam kalbu seseorang biar ia mengenali hakikat Allah dan segala ciptaannya. Hanya kalbu yang bersihlah yang bisa mendapatkan Nur Ilahi. Apa syaratnya? Harus menyucikan diri dari dosa dan tingkah laris tercela, membersihkan diri dari iktikad selain iktikad kepada Allah. Kalbu harus total berdzikir kepada Allah sehingga sanggup mencapai fana (kesirnaan) secara total. Jika sudah bisa mencapai tahapan ini (maqamat), ia bisa mendapatkan mukasyafah (mampu menjawab persoalan) dan musyahadah (mampu melihat Allah dalam hati).


Al-Ghazali telah meninggalkan dampak paling besar atas sejarah Islam didunia

Jemputan Artikel : https://romanacinta.blogspot.com/search?q=kisah-imam-al-ghazali-belajar

Sumber http://tarekataulia.blogspot.com/

Comments