Kisah Watu Berlari Di Zaman Nabi Musa

 Kisah mengenai hidupnya benda mati juga terjadi pada masa kenabian  Musa Kisah Batu Berlari di Zaman Nabi Musa 
Kisah mengenai hidupnya benda mati juga terjadi pada masa kenabian Musa. Jika Rasulullah berinteraksi dengan pohon, Musa pun mempunyai pengalaman dengan sebuah batu. Kisah ini terjadi di masa Israiliyat.

Dahulu kala, Bani Israil biasa mandi di sungai tanpa pakaian. Mereka tak aib meski saling melihat satu sama lain. Tapi, kebiasaan itu tak disukai Nabiyullah Musa. Setiap kali mandi, Musa selalu menyendiri dan enggan mandi bersama.

Bukan Bani Israil kalau tak mempunyai sifat membangkang. Sikap mulia Nabi Musa tersebut justru dipertanyakan mereka. Meski Musa merupakan nabi yang patut diyakini dan dihormati, Bani Israil justru mencelanya. Mereka membuatkan gosip bahwa Musa mempunyai cacat tubuh sampai enggan mandi bersama. Nabi Musa yang terbiasa sabar menghadapi umatnya pun hanya diam membisu. Ia enggan meladeni gosip murahan Bani Israil. Tapi, Allah enggan membiarkan utusan-Nya dicela.


Suatu hari, dikala Musa mandi ia meletakkan bajunya di atas sebuah batu. Tapi, tiba-tiba atas perintah Allah kerikil tersebut lari dengan kencang. Musa pun segera mengejar benda mati itu. “Wahai batu! Bajuku!” ujar Musa. Saat mengejar kerikil tersebut, Bani Israil melihatnya. Maka, nyatalah bahwa gosip itu tak benar. “Demi Allah tak ada cacat pada Musa,” ujar mereka. Setelah Allah menampakkannya, kerikil tersebut pun berhenti. Nabi Musa segera mengambil baju dan mengenakannya. Nabiiyullah pun murka kepada sang kerikil dan ia pun memukulnya.

Kisah kerikil tersebut dikabarkan oleh Rasulullah dalam hadits riwayat Bukhari dari sobat Abu Hurairah. Dari dua dongeng di atas sanggup dipetik pesan yang tersirat untuk menghormati dan menaati utusan Allah. Mencintai utusan Allah merupakan bab dari keimanan.
Rasulullah pernah bersabda, “Terdapat tiga hal yang apabila dimiliki seseorang tentu ia mencicipi manisnya iman, Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada yang selain keduanya, ia tidaklah mengasihi seseorang melainkan alasannya ialah Allah, serta ia benci untuk kembali kepada kekafiran sesudah Allah menyelamatkannya dari kekafiran itu sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam api.” (Hadis riwayat Bukhari Muslim dari Anas bin Malik).


Republika.co.id

Sumber http://tarekataulia.blogspot.com/

Comments