 |
| Makam Syekh Ma'ruf al-Karkhi |
بسم الله الرّ حمن الرّ حيم
اللهم صلى على محمد
Syaekh Ma'ruf Al Karkhi Merupakan Rujukan Sanad ( silsilah Bersambung ) Seluruh Tarekat Yang Tersebar Di seluruh Penjuru Dunia.Syekh Ma'ruf al- Karkhi, dilahirkan di kota Karkh kemudian pindah ke Baghdad ibu kota negara Bani Abbasiyah. Karkh yang berdasarkan sebagian pakar andal sejarah merupakan bab dari kota Baghdad dan berdasarkan sebagian lagi menyampaikan Karkh berada di luar kota Baghdad di sebelah Timur.
KISAH DAN TELADAN
Menurut sejarawan, kedua orang tuanya memeluk agama Nasrani [Kristen] dan berdasarkan yang lain menganut agama Sabiah.
Diriwayatkan, bahwa dikala Ma'ruf al-Karkhi beranjak usia dewasa ia sangat menentang pemikiran gurunya yang menyampaikan bahwa Allah merupakan salah satu oknum Tuhan. Ma'ruf al-Karkhi menentang pendapat ini alasannya yaitu menurutnya, Tuhan hanya satu. Karena pendapatnya yang berbeda dengan pendapat gurunya, ia di pukul oleh gurunya dan ia melarikan diri dan bersembunyi.
Kedua orang tuanya telah kehilangan anak yang dicintainya dan mengharap kepulangan anaknya serta kedua orang tuanya berjanji, bila anaknya mau pulang, agama apa saja yang dipeluk anaknya akan dianut juga oleh kedua orang tuanya.
Setelah sekian usang ia memeluk agama Islam di bawah bimbingan Ali bin Musa al-Ridha, dan sehabis ia pulang dengan menyampaikan bahwa ia telah memeluk agama Islam, maka kemudian disusul oleh kedua orang tuanya. Ma'ruf al-Karkhi mempelajari agama Islam melalui sejumlah ulama di Baghdad yang di antaranya Daud al-Thai, Bakar bin Humais dan Farqad as-Subkhi. Karena ketekunannya dan ketabahannya dalam menuntut ilmu pengetahuan dan khususnya ilmu tasawuf, ia berhasil menjadi yang terkemuka di Baghdad. Ia membuka halaqah pengajian dan di antara murid-muridnya yang populer di kemudian hari yaitu Sarri as-Saqathi. Sebagai seorang sufi ia juga di kenal di kalangan fuqaha sebagai seorang faqih.
Diriwayatkan dua orang faqih Baghdad yang terkemuka; Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Ibnu Ma'in berdiskusi perihal sujud sahwi dan keduanya belum sepakat. Kemudian lebih lanjut mereka berdua ingin menanyakan perihal pendapat Ma'ruf al-Karkhi. Ma'ruf al-Karkhi menjawab dari sudut pandang tasawuf katanya:
"Sujud sahwi merupakan eksekusi kepada hati alasannya yaitu lalai mengingat Allah".
Ma'ruf al-Karkhi berdasarkan para peneliti tasawauf sebagai salah satu tokoh yang menyebarkan pemikiran tasawuf. Ia menambah hasil perolehan jiwa dari cinta yang telah ditemukan oleh Rabiah al-Adawiyah. Menurutnya, cinta harus dilanjutkan hingga ke titik thuma'ninah [ketenangan ] jiwa. Karena cinta dan ketenangan itulah yang menjadi tujuan tasawuf. Kebahagiaan yang bekerjsama dan yang kekal, bukan harta benda tetapi kekayaan yang bekerjsama yaitu kekayaan hati. Kekayaan hati hanya sanggup dicapai melalui ma'rifah [pengenalan] akan yang dicintai. Apabila yang dicintai telah di kenal, terwujudlah kebahagiaan dan ketenteraman dalam hati dan kecillah segala urusan kebendaan dalam penglihatan hati.
Ma'ruf al-Karkhi di pandang oleh para peneliti tasawuf sebagai tokoh penting yang merupakan pengembang pemikiran tasawuf yakni memunculkan teori gres dalam tasawuf ialah melalui mencari ma'rifat sebagai inti pemikiran tasawufnya. Kalau dahulu pemikiran tasawuf gres berkisar berupa pemikiran zuhud dan tekun beribadah untuk memperoleh keridhaan Allah. Pandangan ini berdasarkan penelitian kepada makna tasawuf itu sendiri. Di antara makna tasawuf yang dibawakan Ma'ruf al-Karkhi ialah tasawuf yaitu memperoleh hakikat [ma'rifat] dan tidak mengharap sama sekali apa yang berada di tangan makhluk. Mencari hakikat tidaklah berbeda dengan mencari ma'rifat itu sendiri alasannya yaitu ma'rifat yaitu ujung ilmu pengetahuan yang dikembangkan sufi yaitu ilmu syari'at, ilmu tarekat, ilmu hakikat, dan ilmu ma'rifat.
Tausiyah Ma'ruf al-Karkhi berdasarkan para andal sufi, sebagai seorang sufi yang dikuasai oleh perasaan cinta yang membara kepada Allah subhanahu wata'ala ibarat halnya Rabiah al-Adawiyah. Berkenaan cinta kepada Allah Ma'ruf al-Karkhi mengatakan:
"Cinta kepada-Nya bukanlah diperoleh melalui pengajaran, ia merupakan derma Karunia Tuhan".
Pernyataan ini yakni cinta kepada Allah subhanahu wata'ala menurutnya bukan termasuk maqam [posisi yang di sanggup melalui usaha] tetapi termasuk hal [keadaan jiwa] yang dikaruniakan Allah subhanahu wata'ala.
Menurut para peneliti Barat yang diantaranya Nicholson yang mencoba menghubungkan antara timbulnya inspirasi memperoleh hakikat [ma'rifat] dengan latar belakang keagamaan Ma'ruf al-Karkhi di masa kecilnya.
Menurut Nicholson inspirasi itu berasal dari pemikiran agama yang dipeluknya yang dahulu ialah Katolik atau Sabiah.
Pendapat yang ibarat ini hanya merupakan dugaan dengan alasannya pada masa kecil Ma'ruf al-Karkhi yang belum tentu mengenal pemikiran perihal hakikat bahkan dugaan besar ia belum mengenalnya alasannya yaitu usianya yang masih muda. Muncul inspirasi mencapai hakikat itu, mungkin saja hasil dari tafakur atau renungannya dalam tasawuf.
KEUTAMAAN DAN KARAMAH
Menurut andal sufi, martabat yang tinggi di capai oleh Ma'ruf al-Karkhi tidak disangsikan lagi. Mereka beralasan dengan mimpi Ahmad bin Fath yang bertemu dengan Bisyir bin Haris yang telah wafat lebih dahulu. Ahmad bin Fath menyatakan perihal keadaan yang didalami Ma'ruf al-Karkhi dirinya diampuni Allah subhanahu wata'ala. "Kulihat Ahmad bin Hanbal bangun sedang antara mereka terdapat pembatas. Karena Ma'ruf al-Karkhi menyembah Tuhan bukan mengharap surga, tidak pula alasannya yaitu takut kepada neraka", alasannya yaitu itu ia diangkat ke daerah yang tinggi yang tiada pembatasan antaranya dengan Tuhan. Begitulah pengukuhan seorang sufi perihal martabat dan kedudukan Ma'ruf al-Karkhi.
Menurut sufi bahwa Ma'ruf al-Karkhi ibarat halnya para zahid dan sufi lainya. Ma'ruf al-Karkhi populer di kalangan sufi mempunyai banyak karamah yang diantaranya dikala terjadi kemarau panjang ia berdoa dalam shalat istisqa' meminta hujan, sebelum doanya selesai hujan sudah turun.
WAFATNYA SYEKH MA'RUF AL-KARKHI
Beliau telah pergi meninggalkan dunia ini, dengan hening dia berangkat memenuhi panggilan Khaliqnya pada tahun 200 H/ 815 M, pada usia 78 tahun.
Syeikh Ma’ruf Al Karkhi rahimahullah sangat memperhatikan majelis Maulid Nabi. Dalam salah satu nasihatnya, ia radhiyallahu anhu berkata :
“Barang siapa mempersiapkan makanan, mengumpulkan sahabat teman, menyalakan lampu, mengenakan pakaian gres , memakan parfum dan menghias dirinya untuk membaca dan mengagungkan mauled rasul, maka kelak di hari selesai zaman Allah akan mengumpulkan bersama para Nabi, orang orang yang berada dalam barisan pertama. Dia kan ditempatkan di Illiyyin yang tertinggi (Abu Bakar Bin Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, I anathuth Thalibin Darul Fikr, juz3, hal 255)
Semoga Kita Bisa mengambil Manfaat Dan Mengharaf Limpahan Barokah Dari Sosok Tokoh Yang Di Muliakan Allah Azza Wa Jalla,Amin
Sumber : http://boegis.heck.in/kisah-dan-teladan-syekh-maruf-al-karkhi.xhtml
Comments