ISTRI MINTA TAMBAHAN BELANJA???????????????? BEGINI SIKAP ROSULULLAH

Membangun  rumah tangga bisa diibaratkan seperti seseorang yang berlayar di tengah lautan menggunakan perahu. Pada  perjalanannya tentu akan sangat banyak gangguan gelombang yang menerpa, di sini kesabaran sang nahkoda pun diuji. Kapan  dia harus membuka layar perahunya, dan kapan ia harus menutup  menjadi sesuatu yang harus dipikirkan secara matang. Begitu  pula dengan membangun rumah tangga.

Seperti  halnya perahu  yang setiap saat selalu dihadapkan dengan gelombang ombak, sebuah rumah tangga juga sering mengalami suatu permasalahan.Bahkan, permasalahan yang terjadi dalam sebuah rumah tangga adalah suatu permasalahan yang sangat kompleks. Salah  satu diantaranya yang kerap kali berakibat fatal adalah masalah ekonomi.

 Sebelum membangun sebuah mahligai rumah tangga, beberapa hal memang harus kita persiapkan dengan matang salah satunya adalah penghasilan yang kita peroleh untuk mencukupi kebutuhan keluarga setiap harinya.   Apalagi jika kita adalah seorang pria yang merupakan kepala rumah tangga, maka sudah semestinya memberikan nafkah untuk keluarga menjadi satu kewajiban yang harus kita tunaikan.

Terlebih saat ini harga-harga kebutuhan pokok telah melambung tinggi, maka sudah sewajarnya jika suatu saat istri kita yang merupakan seorang pengelola rumah tangga meminta uang belanja  tambahan kepada kita, sebagai suaminya. Lalu,  Bagaimana jika penghasilan yang kita dapatkan masih pas-pasan, sedangkan istri menuntut untuk uang dan lainnya ditambah. Apa  yang harus kita lakukan?

Sebagai seorang muslim yang baik, kita memiliki Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang merupakan suri tauladan sempurna yang kepadanya kita bisa berkata dan mencari solusi tentang permasalahan hidup yang kita alami, termasuk permasalahan rumah tangga yang ternyata Rasulullah pun pernah mengalaminya.

Diriwayatkan  dalam sebuah Hadits yang Shahih, suatu ketika ada satu kejadian di mana para istri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam semuanya berkumpul dan meminta kepada Rasulullah untuk menaikkan uang belanja yang diberikan kepada mereka.

Sahabat mulia Jabir bin Abdullah mengisahkan, pada saat itu, sedang banyak sahabat Rasulullah yang duduk di depan rumah beliau Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Namun,  tak seorang pun di antara mereka ada yang diperbolehkan masuk ke dalam rumah. Lalu,  diantara yang berkumpul datang sahabat Abu Bakar As Siddiq,  berbeda dengan sahabat yang lain Abu Bakar disimpan untuk masuk. “ Abu Bakar diizinkan masuk,”  begitu kata Jabir bin Abdullah radhiallahu anhu.  Tak  beberapa lama dari kedatangan sahabat Abu Bakar ash-shiddiq radhiallahu anhu, datang menuju rumah Rasulullah sahabat Umar Bin Khattab.  Setelah beberapa saat menunggu, Umar meminta izin untuk masuk dan beliaupun diizinkan untuk masuk ke dalam rumah Rasulullah.

 Umar berkata,” Sungguh, aku mengatakan sesuatu yang membuatmu tertawa, wahai Rasulullah.” Sama seorang sahabat yang mendapat julukan Al Faruq ini melanjutkan perkataan nya,” Wahai Rasulullah, jika bintu Kharijah meminta makan lebih kepadaku, niscaya aku akan berdiri dan memukul tempatnya.”

Mendengar perkataan sahabat Umar, Nabi pun tertawa lalu berkata,” mereka ( istri-istri Rasulullah) saat ini duduk di sekelilingku sebagaimana yang engkau lihat’,”  beliau melanjutkan sabdanya,” mereka meminta nafkah lebih.”

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, seketika itu juga sahabat Abu Bakar ash-shiddiq radhiallahu anhu yang merupakan ayah dari Siti Aisyah istri Rasulullah menghampiri tempat tidurnya duduk, setelah sampai di dekat sang anak tanpa berpikir panjang Abu Bakar memukul tengkuk Aisyah. Begitu juga dengan sahabat Umar Bin Khattab Radiallahu anhu, ia beranjak dari tempatnya duduk dan mendekati Hafsah anaknya, seperti yang dilakukan oleh Abu Bakar Umar pun juga memukul tengkuk istri menantunya tersebut.

 Kedua sahabat Rasulullah itu pun berkata kepada anak mereka,”Apakah  kalian meminta kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam sesuatu yang tak dimilikinya?”

Mereka menjawab pertanyaan tersebut,”Kami  tak meminta kepada Rasulullah sesuatu yang tak beliau miliki.”

Usai peristiwa itu pun Rasulullah meninggalkan istri beliau selama 1 bulan. Pada riwayat lainnya ada yang menyebutkan 30 hari, juga ada yang mengatakan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam meninggalkan istrinya selama 29 hari.Atas peristiwa yang pernah dialami oleh Rasulullah itu pun, Allah Subhanahu Wa Ta'ala mau melahirkan kepada Rasulullah surah al-ahzab ayat 28 hingga 29, yang artinya:

“Hai Nabi, katakanlah kepada  istri-istrimu,” Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka Marilah supaya aku berikan kepadamu murah dan aku cerminkan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan rasul-Nya serta (kesenangan)Di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar.”

Dalam riwayat Jabir bin Abdullah radhiallahu anhu, ia melanjutkan riwayatnya yang mengisahkan setelah turunnya ayat tersebut Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam lalu mendatangi istrinya Aisyah.

Di depan Aisyah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam memberitakan atas turunnya wahyu dari Allah  berupa surat al-ahzab ayat 28 dan 29. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pun membacakan kedua ayat tersebut di hadapan istrinya Aisyah.  Setelah mendengarnya Meisya pun berkata,” Apakah  dalam memilih engkau aku harus meminta pendapat kepada orang tuaku?”  saat kemudian saya melanjutkan perkataannya,  ia menjawab,” Aku memilih Allah,  rasulNya dan negeri akhirat.”  setelah menjawab  Rasulullah, Aisyah meminta agar beliau tidak memberitahukan jawaban darinya kepada istri Rasulullah Shallallahu Alaihi Salam yang lainnya. atas permintaan Aisyah tersebut nabi menyampaikan kepada Aisyah,” tidak ada seorangpun dari mereka yang bertanya,  mulai a memberi   jawabannya.”

 sahabat Mulia Jabir bin Abdullah menutup kisahnya yang telah diriwayatkan oleh imam muslim dengan menyampaikan sebuah Sabda dari Rasulullah,” Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak mengutusku sebagai seorang yang menyusahkan ataupun menjerumuskan orang lain pada kesusahan,”  setelah itu pun beliau mengkasi,” Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengutus sebagai pemberi pelajaran dan  kemudahan.”

Sebagaimana kisah yang telah kita ketahui di atas, bagi seorang hamba Allah Subhanahu Wa Ta'ala Rasulullah selalu menyelesaikan permasalahannya baik kepada umat, maupun keluarga dengan cara berserah diri dan menyandarkan jalan keluar terbaik untuk masalah yang sedang dihadapi pada ketetapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Begitu  pula yang harusnya dilakukan oleh keluarga muslim untuk menjaga keharmonisan rumah tangganya.

Comments