Makna Cinta Allah Dan Rasul-Nya Berdasarkan Imam Nawawi

Pada suatu hari, orang Arab pedalaman bertanya kepada Nabi SAW wacana hari kiamat. "Kapan tiba hari kiamat?" tanyanya. Lalu, ia balik bertanya, "Apa yang sudah kau persiapkan untuk menyambut kedatangannya?" Lalu, orang tersebut berkata, "Tidak ada persiapan apa-apa, selain saya cinta Allah dan rasul-Nya." Nabi SAW bersabda, "Anta ma`a man ahbabta (engkau bersama orang yang kau cintai)." (HR Bukhari dari Anas)

Hadis ini, berdasarkan Imam An-Nawawi, pengarang Syarah Shahih Muslim , membuktikan keutamaan cinta kepada Allah dan rasul-Nya serta juga cinta kepada penggiat kebaikan dan orang-orang yang selalu melaksanakan kebaikan, baik mereka yang masih hidup maupun yang sudah mati.

Cinta itu sendiri, berdasarkan banyak pakar, menunjuk pada suatu kehendak dan kecenderungan jiwa yang berpengaruh kepada sesuatu. Kecenderungan ini timbul alasannya ialah faktor-faktor kesenangan, kemanfaatan, dan keutamaan. Cinta kepada Allah dan rasul-Nya timbul alasannya ialah ketiga faktor ini.

Cinta sebagai kesepakatan jiwa dengan sendirinya menuntut pikiran, perhatian, dan tindakan sekaligus. Oleh alasannya ialah itu, cinta kepada rasul harus dibuktikan sekurang-kurangnya melalui empat hal. Pertama, al-Ittiba` wa al-iqtida . Bahwa kita harus senantiasa mengikuti pedoman dan petunjuk (sunnah)-nya serta mewujudkan dan menghidupkannya sepanjang masa.

Kedua, al-Sam`ah wa al-Tha`ah . Bahwa kita harus senantiasa mendengar dan patuh kepadanya. Hal ini alasannya ialah cinta menuntut kepatuhan, ibarat terbaca dengan terperinci dalam syair al-Rawwaq. "Kau durhaka meski kau menyatakan cinta. Itu niscaya bukan cinta, tapi dusta. Kalaulah cintamu itu sejati, pastilah kau patuh alasannya ialah orang yang cinta selalu mengikuti kemauan orang yang dicinta."

Makam Imam Nawawi


Ketiga, al-Ittishal wa al-qurb . Bahwa kita harus senantiasa berusaha mendekat dan membangun kekerabatan yang berpengaruh dengannya. Setiap orang yang cinta niscaya tak ingin lepas dan berpisah dari kekasihnya. Inilah bahasa dan logika cinta.

Keempat, al-Dzikr wa al-tadzakkur . Bahwa kita harus senantiasa ingat kepadanya dan berusaha menghadirkan dirinya dalam ingatan dan kesadaran. Dalam adagium Arab, terdapat ungkapan, "Siapa orang yang mengasihi sesuatu, ia akan selalu mengingat dan menyebut-nyebutnya selalu."

Maka, sebagai salah satu bukti cinta kepada Rasulullah, kita harus sering-sering bershalawat dan memberikan salam kepadanya. Inilah bekerjsama makna firman Allah, "Sesungguhnya, Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk nabi. Hai, orang-orang yang beriman, bershalawatlah kau untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (QS Al-Ahzab [33]: 56)

Wallahu A’lam

Sumber: abdullah-sifaulqulub.blogspot.co.id

Comments