5 Cara Rasulullah Mengendalikan Marah


 
Salah satu senjata setan untuk membinasakan insan yaitu marah. Dengan cara ini, setan bisa dengan sangat gampang mengendalikan manusia. Karena marah, orang bisa dengan gampang mengucapkan kalimat kekafiran, menggugat takdir, ngomong jorok, mencaci habis, bahkan hingga kalimat carai yang membubarkan rumah tangganya. Karena murka pula, insan bisa merusak semua yang ada di sekitarnya. Dia bisa banting piring, lempar gelas, pukul kanan-pukul kiri, bahkan hingga tindak pembunuhan. Di dikala itulah, misi setan untuk merusak menusia tercapai.

Agar kita tidak terjerumus ke dalam dosa yang lebih besar, ada beberapa cara mengendalikan emosi yang diajarkan dalam Al-Quran dan Sunah. Semoga bisa menjadi obat mujarab bagi kita ketika sedang marah.


[1] Membaca Ta’awudz

Dari sobat Sulaiman bin Surd, ia menceritakan, “Suatu hari saya duduk bersama Rasulullah. Ketika itu ada dua orang yang saling memaki. Salah satunya telah merah wajahnya dan urat lehernya memuncak. Kemudian Rasulullah bersabda, ‘Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jikalau dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta’awudz: A’-uudzu billahi minas syaithanir rajiim, marahnya akan hilang’. (HR. Bukhari dan Muslim).

[2] DIAM dan Jaga Lisan

Bawaan orang murka yaitu berbicara tanpa aturan. Sehingga bisa jadi dia bicara sesuatu yang mengundang murka Allah. Karena itulah, membisu merupakan cara mujarab untuk menghindari timbulnya dosa yang lebih besar.

Dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda, “Jika kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad dan Syuaib Al-Arnauth menilai Hasan lighairih).

Ucapan kekafiran, celaan berlebihan, mengumpat takdir, dst., bisa saja dicatat oleh Allah sebagai tabungan dosa bagi ini. Rasulullah mengingatkan, “Sesungguhnya ada hamba yang mengucapkan satu kalimat, yang dia tidak terlalu memikirkan dampaknya, namun menggelincirkannya ke neraka yang dalamnya sejauh timur dan barat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

[3] Mengambil Posisi Lebih Rendah

Kecenderungan orang murka yaitu ingin selalu lebih tinggi, dan lebih tinggi. Semakin dituruti, dia semakin ingin lebih tinggi. Dengan posisi lebih tinggi, dia bisa melampiaskan amarahnya sepuasnya.

Karena itulah, Rasulullah memperlihatkan saran sebaliknya. Agar murka ini diredam dengan mengambil posisi yang lebih rendah dan lebih rendah. Dari Abu Dzar, Rasulullah menasehatkan, “Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur.” (HR. Ahmad 21348, Abu Daud 4782 dan perawinya dinilai shahih oleh Syuaib Al-Arnauth).

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya, dari Abul Aswad Ad-Duali, ia menceritakan kejadian yang dialami Abu Dzar,

“Suatu hari Abu Dzar mengisi bejana beliau. Tiba-tiba tiba beberapa orang yang ingin mengerjai Abu Dzar. ‘Siapa diantara kalian yang berani mendatangi Abu Dzar dan mengambil beberapa helai rambutnya?’ tanya salah seorang diantara mereka. ‘Saya,’ Jawab kawannya.

Majulah orang ini, mendekati Abu Dzar yang ketika itu berada di bersahabat embernya, dan menjitak kepala Abu Dzar untuk mendapatkan rambutnya. Ketika itu Abu Dzar sedang berdiri. Beliaupun eksklusif duduk kemudian tidur.

Melihat itu, orang banyak keheranan. ‘Wahai Abu Dzar, mengapa kau duduk, kemudian tidur?’ tanya mereka keheranan.

Abu Dzar kemudian memberikan hadis di atas.” Subhanallah…

Mengapa duduk dan tidur? Al-Khithabi menjelaskan, “Orang yang berdiri, gampang untuk bergerak dan memukul, orang yang duduk, lebih sulit untuk bergerak dan memukul, sementara orang yang tidur, mustahil akan memukul. Seperti ini apa yang disampaikan Rasulullah. Perintah ia untuk duduk, semoga orang yang sedang dalam posisi bangun atau duduk tidak segera melaksanakan tindakan pelampiasan marahnya, yang bisa jadi menyebabkan dia meratapi perbuatannya sehabis itu. (Ma’alim As-Sunan, 4/108)

[4] Ingatlah Hadis Ini Ketika Marah

Dari Muadz bin Anas Al-Juhani, Rasulullah bersabda, “Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia bisa meluapkannya, maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, hingga Allah menyuruhnya untuk menentukan bidadari yang dia kehendaki.” (HR. Abu Daud, Turmudzi,)

Subhanallah… Siapa yang tidak besar hati ketika dia dipanggil oleh Allah di hadapan semua makhluk pada hari kiamat, untuk mendapatkan tanggapan yang besar? Semua insan dan jin menyaksikan orang ini, maju di hadapan mereka untuk mendapatkan pahala yang besar dari Allah. Pahala ini Allah berikan kepada orang yang hanya sebatas menahan emosi dan tidak melampiaskan marahnya. Bisa kita bayangkan, betapa besar pahalanya, ketika yang dia lakukan tidak hanya menahan emosi, tapi juga memaafkan kesalahan orang tersebut dan bahwa membalasnya dengan kebaikan.

[5] Segera Berwudhu atau Mandi

Marah dari setan dan setan terbuat dari api. Padamkan dengan air yang dingin. Terdapat hadis dari Urwah As-Sa’di, yang mengatakan, “Sesungguhnya murka itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu.” (HR. Ahmad 17985 dan Abu Daud 4784).


SUMBER ARTIKEL : http://mahluktermulia.wordpress.com/2013/10/25/5-cara-rasulullah-mengendalikan-emosi/?wref=tp

Sumber http://tarekataulia.blogspot.com/

Comments