Riwayat Al-Habib Bubuk Bakar Bin Salim


 Beliau ialah syeikh Islam dan contoh insan Riwayat Al-Habib Abu bakar bin Salim 

Beliau ialah syeikh Islam dan contoh manusia. Pemimpin alim ulama. Hiasan para wali. Seorang yang amat jarang ditemukan di zamannya. Da’i yang memperlihatkan jalan Illahi dengan wataknya.

Pembimbing kepada kebenaran dengan perkataannya. Para ulama di zamannya mengakui keunggulannya. Dia telah menyegarkan banyak sekali warisan pendahulu-pendahulunya yang saleh. Titisan dari Hadrat Nabawi. Cabang dari pohon besar Alawi. Alim Rabbani. Imam pujian Agama, Abu Bakar bin Salim Al-’Alawi, semoga Allah meredhainya.

Syeikh Abubakar bin Salim dilahirkan pada tanggal 13 Jumadil Akhir 919 H di kota Tarim, Yaman. Ia tumbuh cukup umur menjadi seorang tokoh sufi yang masyhur sekaligus seorang yang alim dan mengamalkan ilmunya.

Ayahandanya ialah Habib Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman Assegaf. Sedangkan Ibunda dia ialah Syarifah Thalhah binti Agil bin Ahmad bin Abubakar As-Sakron bin Abdurrahman Assegaf.


Jauh sebelumnya, kelahiran dia telah banyak diramalkan oleh para wali terkemuka, diantaranya ialah Al-Imam Ahmad bin Alwi yang tinggal di tempat Maryamah, sekali waktu dia tiba ke Inat dan ia duduk di sebidang tanah yang pada waktu itu hanya berupa semak belukar dan bebatuan. Ia berhenti sejenak di tempat tersebut dan berkata kepada masyarakat yang hadir waktu itu, "Akan lahir salah seorang anak kami yang akan mempunyai keagungan dan ia akan tinggal di tempat ini". Selanjutnya ia berjalan berkeliling kota Inat sambil sesekali memperlihatkan tempat-tempat yang kelak berkaitan dengan Syeikh Abubakar bin Salim, ia memperlihatkan tempat yang akan dibangun masjid oleh Syeikh Abubakar dan ia sempat shalat disana, ia juga memperlihatkan tempat dimana Syeikh Abubakar akan membangun rumah.

Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi meriwayatkan bahwa wali lainnya yang telah meramalkan keberadaan Syeikh Abubakar ialah Habib Muhammad bin Ahmad Jamalullail, ia berkata, "Akan ada disini (Inat) salah seorang dari belum dewasa kami yang akan termasyhur dengan keagungan dan kewalian, dan Qubahnya akan berada dan didirikan di kota ini".

Sejak kecil Syeikh Abubakar bin Salim telah memperlihatkan gejala bahwa kelak ia akan menjadi orang yang mempunyai kemuliaan. Pernah pada suatu kesempatan Syeikh Faris Ba Qais bersama para muridnya pergi ke Tarim. Ikut dalam rombongan Syeikh Faris 300 pemegang rebana yang mengiringi perjalanan itu dengan tabuhan rebananya. Setibanya di Tarim ia bersama pengikutnya mengunjungi Habib Syeikh Al-Idrus. Keesokan harinya Syeikh Faris berniat untuk menziarahi makam Nabi Hud AS, ia berkata kepada sejumlah habib, "Wahai habaib, kami membutuhkan seorang pengantar darimu, terus jelas kami takut kalau dalam perjalanan nanti ilmu kami dicuri orang". Para Habib menyanggupi, "Jangan khawatir, kami cukup mempunyai banyak orang berilmu disini, lagi pula mencuri ilmu bukanlah kebiasaan kami". Mulailah Syeikh Faris mencari orang yang dianggap bisa mengawal dia dan para pengikutnya, hingga karenanya ia melewati Syeikh Abubakar bin Salim yang ketika itu masih berusia 4 tahun, sedang bermain-main di jalan bersama sahabat sebayanya. "Aku pilih anak ini", kata Syeikh Faris sambil menunjuk si kecil Abubakar bin Salim. Para habib segera menjawab, "Anak kecil ini mana pantas mengawalmu?". Syeikh Faris berkata, "Aku ialah tamu kalian dan saya hanya menginginkan anak ini". Para habib kemudian mendatangi ibu Syeikh Abubakar bin Salim dan mengabarkan kasus yang mereka hadapi. Ibunya berkata, "Anak ini masih kecil, cari saja yang lain". Mereka menjawab, "Syeikh Faris hanya menginginkan anakmu". Akhirnya sang ibu memperlihatkan izin.

Syeikh Abubakar kemudian digendong oleh pelayannya, Ba Qahawil, untuk mengawal Syeikh Faris dan rombongannya. Syeikh Umar Ba Makhramah, seorang wali Allah, yang ikut dalam rombongan Syeikh Faris memegang kepala Ba Qahawil sambil melantunkan syair yang diawali dengan bait-bait berikut:

Semoga Allah membahagiakan temanmu, hai Ba Qahawil pohon kurma apa ini, masih kecil sudah berbuah Mereka menanamnya di waktu Dhuha dan sudah memanennya di waktu senja.

Kemudian Syeikh Umar mengusap kepala Syeikh Abubakar bin Salim sambil meneruskan syairnya:

"Wahai emas sejati, dengan pandangan-Nya Allah memeliharamu semua lembah yang luas menjadi kecil dibanding lembahmu "

Masa muda Syeikh Abubakar bin Salim dipenuhi dengan rutinitas pendidikan, selain didikan orang tuanya, juga tercatat beberapa ulama besar yang menjadi gurunya, antara lain, Syeikh Umar Basyeiban Ba'alawi, Syeikh Abdullah bin Muhammad Baqusyair, Syeikh Muhammad bin Abdullah Bamakhramah, Imam Ahmad bin Alwi Bajahdab, Syeikh Makruf Bajamal dan Syeikh Umar bin Abdullah Ba Makhramah.

Pada suatu ketika Syeikh Abubakar berniat mencar ilmu kepada salah seorang gurunya, Syeikh Makruf Bajamal yang tinggal di kota Syibam. Namun ia terpaksa berhenti di pinggir kota, sebab Syeikh Makruf Bajamal belum berkenan menemuinya. Setiap kali dikatakan kepada Syeikh Makruf, "Anak Salim bin Abdullah meminta izin untuk menemuimu." Jawabnya selalu, "Katakan kepadanya bahwa saya belum berkenan menerimanya", meskipun ayah dia ialah seorang yang dihormati sebab kesalehannya. Syeikh Abubakar bin Salim tetap bersabar di bawah teriknya matahari dan dinginnya angin malam. Ia menguatkan hati dan mengendalikan nafsunya demi memperoleh asrar.

Baru sesudah lewat 40 hari ia mendapatkan kabar bahwa Syeikh Makruf bersedia menemuinya. Syeikh Makruf hanya memerlukan beberapa ketika saja untuk menurunkan ilmu kepadanya. Sewaktu keluar dari kediaman Syeikh Makruf, ia mendapati sekumpulan kaum perempuan yang mengelukan-elukan kedatangannya, "Selamat wahai Ibnu Salim, selamat wahai Ibnu Salim." Mereka berbuat demikian dengan impian mendapatkan sesuatu darinya. Iapun segera menyadari hal ini dan kemudian mendoakan semoga mereka mendapatkan suami yang setia. Menurut Habib Ali hingga ketika ini kaum perempuan Syibam mempunyai suami yang setia. Ketika Habib Ali ditanya, "Apakah Syeikh Ma'ruf juga termasuk salah satu dari guru-guru Syeikh Abubakar bin Salim?" Ia menjawab, "Ya, akan tetapi dia kemudian mengungguli syeikhnya".

Syeikh Abubakar bin Salim mempelajari Risalatul Qusyairiyah yang sangat populer dalam dunia tasawuf di bawah bimbingan Syeikh Umar bin Abdullah Ba Makhramah. Disebutkan dalam Kitab Tadzkirun Naas, sekali waktu Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthas shalat ashar di masjid Syeikh Abdul Malik Baraja di Kota Seiwun, ia memperlihatkan sebidang tanah sambil berkata : "Ini ialah sebidang tanah yang mana pernah terjadi satu insiden antara Syeikh Umar Bamakhramah dan Syeikh Abubakar bin Salim. Tatkala itu Syeikh Abubakar sedang mencar ilmu dan membaca kitab tasawwuf yang populer Risalah Al-Qusyairiyah, tatkala sedang membahas kekeramatan para wali, Syeikh Abubakar bin Salim bertanya kepada gurunya "Kekeramatan itu menyerupai apa ?", dijawab oleh Syeikh Umar, "Contoh kekeramatan itu ialah engkau tanam biji kurma ini kemudian ia pribadi tumbuh dan berbuah pada ketika itu juga" Kemudian Syeikh Umar yang kala itu memang sedang memegang biji kurma, melemparkan biji kurma tersebut ke tanah dan kemudian pribadi tumbuh dan berbuah, sehingga orang-orang yang hadir ketika itu sanggup memetik dan memakan buahnya. Orang-orang yang hadir pada ketika itu berkata pada Syeikh Abubakar bin Salim "Kami menginginkan lauk pauk darimu yang ingin kami makan bersama kurma ini". Tersirat dalam perkataan ini seperti mereka bertanya kepada Syeikh Abubakar apakah ia bisa melaksanakan menyerupai yang telah dilakukan oleh Syeikh Umar. Lalu Syeikh Abubakar bin Salim berkata, "Pergilah kalian ke telaga masjid, kemudian ambillah apa yang kalian temui disana". Kemudian mereka pergi ke telaga masjid dan mendapati ikan yang besar disana. Lalu mereka ambil dan makan sebagai lauk pauk yang mereka inginkan.

Kegemaran Syeikh Abubakar bin Salim dalam menekuni ilmu pengetahuan dibuktikannya dengan menghatamkan Ihya' Ulumuddin-nya Hujjatul Islam Al-Ghazali sebanyak 40 kali dan menghatamkan kitab fiqih syafi'iyah, Al-Minhaj karya Imam Nawawi sebanyak 3 kali. Dan diantara kebiasaannya ialah memperlihatkan wejangan kepada masyarakat sesudah sholat Jumat.


JemPutan Artikel : http://mediasyababunnabawi.blogspot.com/2011/11/al-imam-fakhrul-wujud-syech-abu-bakar

Sumber http://tarekataulia.blogspot.com/

Comments