Perjumpaan Asy-Syibly Dan Imam Junaid Al-Baghdadi

 Rasa cinta di dalam diri yaitu sebuah anugerah yang di berikan sang kholiq kepada hamban Perjumpaan Asy-Syibly dan Imam Junaid Al-baghdadi
Rasa cinta di dalam diri yaitu sebuah anugerah yang di berikan sang kholiq kepada hambanya. Cinta kepada anak,istri,harta benda dan pangkat yaitu sebuah keindahan yang ada di dunia ini, apabila insan sanggup meletakkan perhiasan-perhiasan [dunia seisinya] sempurna pada porsinya maka semua embel-embel itu akan memberi cahaya bagi kehidupan. Sebaliknya bila penempatannya bukan pada porsinya, maka semua embel-embel itu sewaktu-waktu membawa tragedi dan kehancuran.
Fiman-NYA : “ Dijadikan indah pada [pandangan] insan KECINTAAN kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,perak,kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah semua PERHIASAN DUNIA, dan di sisi Allah-lah daerah kembali terbaik.” [ QS.Ali imran [3] : 14 ].

Dalam meletakkan cinta dibutuhkan kecerdasan ruhani, mereka yang mempunyai kecerdasan ruhani mempunyai prinsip yang menampilkan sosok dirinya sebagai insan yang berakhlaq, mereka tahu bagaimana meletakkan cinta. Para jago TASAWUF yaitu jago sufi [Arif-Billah] berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah dengan lugas mengatakan, “ Mencintai pemilik dan pemberi hiasan jauh lebih mulia dan jauh lebih berharga dibanding menyayangi sekedar hiasan saja “. Ungkapan tersebut berlandaskan Firman Allah Swt :

قل متا ع الد نيا قليل والا خرة خير لمن اتقى ولا تظممو ن فتيلا انساء
“ Katakanlah olehmu [Hai Muhammad] : Hiasan dunia ini hanya sebentar [terlalu sedikit] dan [perhiasan Akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertaqwa “. [qs.An-Nisa’ [4] : 77 ]


Alkisah,seorang sufi dari PERSIA yang berjulukan Abu bakar bin Dulaf ibnu juhdar Asy-Syibly. Nama asy-syibli di nisbatkan kepadanya alasannya yaitu ia dibesarkan di kota Syibli di wilayah Khurasan, Persia. Beliau di lahirkan pada Tahun 247 H. Di Baghdad atau Samarra dari keluarga yang cukup terhormat. alasannya yaitu kepandaian dan kedalaman ilmunya menciptakan karirnya menanjak pesat, ia menduduki beberapa jabatan

Penting selama bertahun – tahun. Antara lain : menjabat sebagai Gubernur di Provinsi Dermaven. Bersama dengan seorang pejabat baru, Abu bakar Asy-Syibly di lantik oleh Kholifah dan secara resmi dikenakan seperangkat jubah pada dirinya. Setelah pulang, ditengah jalan pejabat gres itu bersin dan batuk –batuk seraya mengusapkan jubah gres itu kehidung dan mulutnya. Perbuatan pejabat tersebut dilaporkan kepada Kholifah. Dan Kholifahpun memecat eksklusif dan menghukumnya. Asy-Syibly pun terheran-heran, mengapa hanya alasannya yaitu jubah seseorang sanggup di berhentikan dari jabatannya dan dihukum. Tak ayal, insiden ini membuatnya merenung selama berhari-hari. Ia kemudian menghadap Kholifah dan berkata :
“ Wahai Kholifah, Engkau sebagai insan tidak suka bila jubah jabatan di perlakukan secara tidak wajar. Semua orang mengetahui betapa tinggi nilai jubah itu. Sang MahaRaja alam semesta telah menganugerahkan jubah kepadaku di samping CINTA dan PENGETAHUAN. Bagaimana DIA akan suka kepadaku jikalau saya menggunakannya sebagai sapu tangan dalam pengabdianku pada insan ? “.
Sejak ketika itu Abu bakar asy syibly meninggalkan karir dan jabatannya, dan ia ingin bertaubat. Dalam perjalan membersihkan hatinya ia bertemu dengan seorang ulama sufi yang berjulukan Junaid Al Baghdadi,

asy syibly berkata : “ ENGKAU DIKATAKAN SEBAGAI PENJUAL MUTIARA, MAKA BERILAH AKU SATU ATAU JUALLAH KEPADAKU SEBUTIR “.

Maka Junaid Al Baghdadi pu menjawab, “ JIKA KUJUAL KEPADAMU, ENGKAU TIDAK SANGGUP MEMBELINYA. JIKA KUBERIKAN KEPADAMU SECARA CUMA-CUMA, KARENA BEGITU MUDAH MENDAPATKANNYA ENGKAU TIDAK MENYADARI BETAPA TINGGI NILAINYA. LAKUKANLAH APA YANG AKU LAKUKAN, BENAMKANLAH DULU KEPALAMU DI LAUTAN, APABILA ENGKAU DAPAT MENUNGGU DENGAN SABAR, NISCAYA KAMU AKAN MENDAPAT MUTIARAMU SENDIRI. “

Lalu Asy-syibli berkata, “ kemudian apa yang harus kulakukan kini ? ” ,

Imam Junaid Berkata : hendaklah engkau berjualan sulfur selama setahun [ untuk mengetahui nilai diri ] dan Mengemislah kemudian sedekahkan uangnya selama setahun [ untuk membersihkan keangkuhan diri ] .“
Beberapa tahun telah berlalu dalam menjalani perintah sang Guru meskipun penuh dengan beribu-ribu kesulitan tapi ia jalani dengan penuh cinta [ikhlash] . karenanya debu bakar asy-syibli menemukan mutiara di dalam dirinya. sehingga ia mengalami RASA CINTA yang teramat dalam di lubuk hatinya [ rindu kepada Allah ]. Suatu ketika disaksikan banyak orang, dia berlari sambil membawa obor. Hendak kemana engkau wahai asy-syibli? , saya hendak memperabukan ka’bah, sehingga orang-orang sanggup mengabdi kepada yang mempunyai ka’bah dan akan saya BAKAR SURGA DAN NERAKA,sehingga insan benar-benar ibadah hanya kepada Allah Swt [bukan yang lain-NYA]. Dalam keadaan MABUK CINTA yang dalam kepada Allah, ia selalu menyebut asma Alaah dan disetiap daerah yang ia temui, ia menuliskan lafadz Allah. Tiba-tiba sebuah bunyi berkata kepadanya,” Sampai kapan engkau akan terus berkutat dengan nama itu? Jika engkau merupakan pencari sejati, carilah pemiliknya! “
Kata-kata itu begitu menyentak Asy-sybly, sehingga tak ada lagi ketenangan dan kedamaian yang ia rasakan. Betapa kuatnya RASA CINTA yang menguasainya hingga ia menceburkan dirinya ke sungai Tigris dan karenanya gelombang sungai membawanya kembali ketepi. Kemudian ia menghempaskan tubuhnya kedalam api, namun api tersebut kehilangan daya untuk membakar. Sehingga tubuhnya utuh tak terbakar sedikitpun. Lalu ia mencari daerah dimana sekelompok singa berkumpul kemudian ia berdiam diri semoga dimangsa oleh singa tersebut, tapi singa-singa itu malah berlari tunggang langgang menjahui dirinya. Kemudian tanpa ada rasa takut sedikitpun ia terjun bebas dari puncak gunung, namun angin mencengkeram dan menurunkannya ketanah dengan selamat. Kegelisahannya semakain memuncak beribu-ribu kali lipat, sehingga ia berteriak,” terkutuklahia, yang tidak di terima oleh air maupun api, yang ditolak oleh hewan buas dan pegunungan! “ kemudian terdengar sebuah suara. “ Ia yang diterima oleh Allah, tidak di terima oleh yang lain [makhluk-NYA].
Syeikh Al-ghozali menuliskan dalam kitabnya “ Raudhah al-Tholibin wa Umdah al-Salikin “ bahwa Al – Wushul adalh tersibaknya keindahan Al Haq kepada hamba,sehingga membuatnya luruh di dalamNYA. Jika dia melihat pengetahuan yang di milikinya, yang tampak hanyalah Allah swt, dan dia melihat ‘Himmah’ [keinginan kuat]nya,tidak ada Himmah selainNYA. Maka secara totalitas dia sibuk dengan kesaksian [ al-Musyahadah] dan cita-cita besar lengan berkuasa [Himmah]. Dan sama sekali tidak pernah berpaling dari keduanya, sampai-sampai dia tidak mempunyai kesempatan untuk membenahi lahiriyahnya dalam bentuk-bentuk ibadah atau tidak sempat melihat batinnya. Baginya segala sesuatu yang di kerjakannya tampak suci. Sebagian kaum sufi menyampaikan :
وان طر فى موصول برء يته وان تبا عد عن مثواى مثوا ه
“ Sesungguhnya batas akhirku yaitu dengan melihatNYA,sekalipun aksis [posisi]-NYA kian usang kian jauh dari aksis-ku.

Dalam hal ini Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an, firmanNYA :
قل ان كنتم تحبو ن الله فاتبعو نى يحببكم الله ويغفرلكم د نو بكم والله غفو ررحيم العمران
“ Katakanlah: “ jikalau kamu[benar-benar] menyayangi Allah, ikutilah aku. niscayaAllah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu” Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” [ qs.Ali imran [3] : 31 ].

Imam Qusyairi menyampaikan bahwa Mahabbah [cinta] yaitu nikmat yang berupa kecintaan Allah kepada hambaNYA yang DIA kehendaki secara khusus. Apabila nikmat tersebut untuk semua hambaNYA secara umum maka di namakan rahmat.

GAMBARAN CINTA AHLI MAHABBAH 

Raja Andalusia, Al-Hikam bin Hisyam bin Abdurrahman Ad-Dakhil, bersyair : alasannya yaitu cinta……. Ia menjadi hamba, padahal sebelumnya ia yaitu raja. Kegirangan istana tiada lagi menyertai. Ia dipuncak gunung menyendiri sendiri pipi tertempel di tanah berdebu. Seakan bantal-bantal sutra untuk bertumpu. Begitulah kehinaan menimpa orang merdeka. Jika cinta melanda, ia laksana hamba sahaya.
Junaid al-baghdadi, mengartikan kata yang bernilai sufistik ini dengan masuknya sifat-sifat Zat yang di cintai mengganti apa yang ada di dalam jiwa sang pencinta, mendorong seorang pencinta untuk tidak mengingat selain Zat tersebut serta melupakan dan mencampakkan secara total sifat-sifat yang dulunya menempel pada dirinya.
Ibnu Arabi dalam puisi-puisi pemandu rindu mengisahkan manakala jiwa berpisah dengan raga, ia selalu bernostalgia dan rindu pada perpaduan itu, meskipun pada hakekatnya mereka berdua, namun tampak sebagai satu pribadi. Kerinduan itu tidak lain alasannya yaitu jiwa memperoleh pengetahuan dan apa saja yang ada dalam kehidupan melalui raga. Namun,karena sifat jiwa yang halus,lembut dan bersifat cahaya, maka tidak sanggup di lihat oleh mata. Bila tidak alasannya yaitu rintihan raga, maka takkan pernah terasa kesaksian jiwa. Inilah citra jiwa ataupun keadaan hati.
Syeikh Ibnu Atho’illah bermunajat, “ Ya illahi, alam benda ini telah mendorong saya untuk pergi kepada-MU dan pengetahuanku terhadap kemurahan-MU itulah yang memberhentikan saya untuk bangun di depan pintu-MU.
Rabi’ah al-adawiyah seorang sufi dari Bashrah ketika berziarah kemakam Rosulullah saw pernah menyampaikan Maafkan saya ya Rosul, bukan saya tidak mencintaimu tapi hatiku telah tertutup untuk cinta yang
Lain,karena telah penuh cintaku hanya kepada Allah swt .“ wacana cinta itu sendiri Rabi’ah mengajarkan bahwa cinta itu harus menutup dari segala hal yang di cintainya [ bukan berarti Rabi’ah tidak cinta kepada Rosul, tapi kata-kata yang bermakna simbolis ini mengandung arti bahwa cinta kepada Allah adalh bentuk integrasi dari semua bentuk cinta termasuk cinta kepada Rasulullah ].
Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa Saiyidina Husain [cucu Rosulullah saw] bertanya kepada ayahnya [saiyidina Ali], “ apakah engkau menyayangi Allah ? Ali menjawab, “ ya”. Lalu Husain bertanya lagi, “apakah engkau menyayangi kakek dari ibu?” Ali menjawab kembali,”ya”. Husain bertanya lagi, “ apakah engakau menyayangi saya dan ibuku? Ali menjawab “ya”. Terakhir, Husain yang polos itu bertanya,” Ayahku,bagaimana Engkau menyatukan begitu banyak cinta di hatimu?” kemudian saiyidina Ali menjelaskan,”Anakku, pertanyaanmu hebat sekali! Cintaku pada kakek dari ibumu, ibumu dan kau sendiri yaitu alasannya yaitu cinta kepada Allah swt. Setelah mendengar tanggapan dari ayahnya Husain jadi tersenyum ngerti.
Rumusan cinta Rabi’ah termaktub dalam do’anya, “ Ya Allah, jikalau saya menyembah-MU alasannya yaitu takut neraka maka bakarlah saya di dalamnya. Dan jikalau saya menyembahmu berharap surga, maka campakkanlah saya dari sana, tapi jikalau saya menyembah- MU alasannya yaitu Engkau semata, maka janganlah Engkau sembunyikan keindahan-MU yang abadi. “ dalam Al-Qur’an Allah swt berfirman :
ومن الناس من يتخد من دو ن الله اندادا تحبو نهم كحب الله والدين امنو اشد حبا الله البقراه
“ Dan diantara insan ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah. Mereka mencintainya sebagaimana mereka menyayangi Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah swt.[ hatinya tertutup untuk menyayangi selain-NYA].” [qs. Al baqarah [2] : 165 ]

Demikianlah sekelumit sejarah para pecinta Allah swt yang perjalanannya begitu menyayat jiwa, penuh onak dan duri dalam setiap langkahnya tapi tidak menyurutkan cita-cita besarnya untuk bertemu dengan-NYA. para KEKASIH ALLAH SWT jiwanya terjaga dari hal-hal yang sanggup menyeret keimanannya, dengan ilmu pengetahuannya yang merasuk di dalam dada mengkristal bagaikan kerikil karang. Para KEKASIH Allah musuhnya tak terkira banyaknya dan sahabatnya hanya sedikit. Itulah SUNNATULLAH.
Cepat susul barisan mereka mumpung masih ada kesempatan, renungkanlah firman Allah swt di bawah ini :
قل ان كا ن ابااؤ كم وابنا ؤكم واخوا نكم وازوا جكم وعشيرتكم واموال اقتر فتموها وتجا رة تخشون كسا دها ومسكن ترضونها احب اليكم من الله ورسوله وجها د فى سبيله فتربصوا حتى ياء تي الله بامره والله لا يهدى القوم الفسقين اتوبه
“ katakanlah : jikalau bapak –bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kau usahakan, perniagaan yang kau kwatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah daerah tinggal yang kau sukai, yaitu lebih kau cintai dari pada Allah dan RosulNYA dari jihad di jalan NYA [ mencari keridhoan-NYA]. Maka tunggulah hingga Allah mendatangkan keputusanNYA. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasiq. “ [ qs. At-Taubah [9] : 24 ].

“ katakanlah : “ jikalau bapak-bapakmu, anak-anakmu,saudara-saudaramu ,istri-istri kaum keluargamu , harta kekayaan yang kau usahakan, perniagaan yang kau kuwatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah daerah tinggal yang kau sukai, yaitu lebih kau cintai daripada Allah dan Rosul-NYA dari jihad di jalan-NYA [mencari keridhoan-NYA]. Maka tunggulah hingga Allah mendatangkan keputusan-NYA. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasiq. “ [qs. At-Taubah [9] : 24].

Sumber pustaka: syeikh al-ghozali [raudhah al-Tholibin wa umdah al-salikin],syeikh Ibnu Atho’illah [ Al-Hikam],syeikh Muhammad Nafis bin idris[Ad-Durunnafis],Hb.Zulkifli bin Muhammad bin Ibrahim banahsan bin syahab [ Wujud],majalah Viktory edisi 66. 2013.Al-Ghozali [mi’raj al-salikin],dll.

Jemputan Artikel dari : http://hayaathulquluub.blogspot.com/2013/01/membakar-surga-1

Sumber http://tarekataulia.blogspot.com/

Comments