Riwayat Singkat Kh.Muhammad Zaini Ghani ( Guru Sekumpul )

RIWAYAT SINGKAT ABAH GURU SEKUMPUL

Nama beliau, al-‘Ālim al-‘Allāmah al-‘Ārif billāh as-Syaikh Maulana Muhammad Zaini bin al-‘Ārif billāh Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Seman bin Muhammad Sa’ad bin Abdullah bin al-Mufti Muhammad Khalid bin al-‘Ālim al-‘Allāmah al-Khalifah Hasanuddin bin al-‘Ālim al-‘Allāmah al-‘Ārif billāh as-Syaikh Maulana Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari

Abah Guru Sekumpul dilahirkan pada malam Rabu 25 Muharram 1361 Hijriyah atau bertepatan dengan tanggal 11 Februari 1942 di desa Dalam Pagar (sekarang masuk ke dalam kecamatan Martapura Timur, Kabupaten Banjar) dari pasangan suami-istri al-‘Ārif billāh Abdul Ghani bin H. Abdul Manaf dengan Hj. Masliah binti H Mulya, merupakan anak pertama dari dua bersaudara, adik dia berjulukan H Rahmah. Ketika masih kanak-kanak, dia dipanggil Qusyairi.

Masa kecil dan pendidikan

Abah Guru Sekumpul semenjak kecil selalu berada di samping ayah dan nenek dia yang berjulukan Salbiyah. Kedua orang ini yang memelihara dia ketika kecil. Sejak kecil keduanya menanamkan kedisiplinan dalam pendidikan. Beliau dididik dengan penuh kasih sayang dan disiplin dalam pendidikan, sehingga di masa kanak-kanak dia sudah mulai ditanamkan pendidikan Tauhid dan Akhlaq oleh ayah dan nenek beliau. Beliau berguru membaca Quran dengan nenek beliau. Dengan demikian guru pertama dalam bidang ilmu Tauhid dan Akhlaq ialah ayah dan nenek dia sendiri.Sejak kecil dia sudah termasuk dari salah seorang yang mahfuzh, yaitu suatu keadaan yang sangat jarang sekali terjadi, kecuali bagi orang-orang yang sudah dipilih oleh Allah SWT.


Beliau ialah salah seorang anak yang mempunyai sifat-sifat dan pembawaan yang lain daripada bawah umur yang lainnya, di antaranya ialah bahwa dia tidak pernah ihtilam.

Semenjak kecil dia sudah digembleng orang bau tanah untuk mengabdi kepada ilmu pengetahuan dan ditanamkan perasaan cinta kasih dan hormat kepada para ulama.

Meskipun kehidupan kedua orang bau tanah dia dalam keadaan ekonomi yang sederhana, namun mereka selalu memperhatikan untuk turut membantu dan meringankan beban guru yang mengajar anak mereka membaca Alquran, sehingga setiap malamnya dia selalu membawa bekal botol kecil yang berisi minyak tanah untuk diberikan kepada guru yang mengajar Alquran.

Abah Guru Sekumpul sewaktu kecil sering menunggu al-Ālim al-Fadhil Syaikh Zainal Ilmi yang ingin ke Banjarmasin hanya semata-mata untuk bersalaman dan mencium tangan ulama tersebut.

Guru guru Beliau

Pada tahun 1949 ketika berusia kurang dari 7 tahun, Abah Guru Sekumpul mengikuti pendidikan “formal” masuk ke Madrasah Ibtidaiyah Darussalam, Martapura. Kemudian tahun 1955 pada usia 13 tahun, dia melanjutkan pendidikan ke Madrasah Tsanawiyah Darussalam, Martapura. Pada masa ini Abah Guru Sekumpul sudah berguru dengan guru-guru besar seorang andal dalam bidang keilmuan ibarat :



Guru-guru ‘Alimul’allamah Al ‘Arif Billah Asy-Syekh H. M. Zaini Abdul Ghani, antara lain adalah:

1. Di tingkat Ibtida adalah:

Guru Abdul Mu’az, Guru Sulaiman, Guru Muh. Zein, Guru H. Abdul. Hamid Husin, Guru H. Mahalli, Guru H. Rafi’i, Guru Syahran, Guru H. Husin Dakhlan, Guru H. Salman Yusuf

2. Di tingkat Tsanawiyah adalah:

‘Alimul Fadhil H. Sya’rani’Arif, ‘Alimul Fadhil H, Husin Qadri, ‘Alimul Fadhil H. Salilm Ma’ruf, ‘Alimul Fadhil H. Seman Mulya, ‘Alimul Fadhil H. Salman Jalil.

3. Guru di bidang Tajwid ialah:

‘Alimul Fadhil H. Sya’rani ‘Arif, ‘Alimul Fadhil Al Hafizh H. Nashrun Thahir, ‘Al-Alim H. Aini Kandangan.

4. Guru Khusus adalah:

‘Alimul’allamah H. Muhammad Syarwani Abdan Bangil, ‘Alimul’allamah Asy Syekh As Sayyid Muhammad Amin Qutby. Sanad sanad dalam aneka macam bidang ilmu dan Thariqat, antara lain diterima dari:

Kyai Falak Bogor (Abah Falak), ‘Alimul’allamah Asy-Syekh Muhammad Yasin Padang (Mekkah), ‘Alimul’allamah Asy-Syekh Hasan Masysyath, ‘Alimul’allamah Asy- Syekh Isma’il Yamani dan ‘Alimul’allamah Asy-Syekh Abdul Qadir Al-Baar.

5. Guru pertama secara Ruhani ialah:

‘Alimul ‘allamah Ali Junaidi (Berau) bin ‘Alimul Fadhil Qadhi H. Muhammad Amin bin ‘Alimul ‘allamah Mufti H. Jamaluddin bin Syekh Muhammad Arsyad, dan ‘Alimul ‘allamah H. Muhammad Syarwani Abdan (Bangil). Kemudian ‘Alimullailamah H. Muhammad Syarwani Abdan menyerahkan kepada Kyai Falak Bogor dan seterusnya Kyai Falak menyerahkan kepada ‘Alimul’allamah Asy-Syekh As-Sayyid Muhammad Amin Qutby, kemudian dia menyerahkan kepada Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari yang selanjutnya pribadi dipimpin oleh Rasulullah Saw. Atas petunjuk ‘Alimul’allamah Ali Junaidi, dia dianjurkan untuk berguru kepada ‘Alimul Fadhil H. Muhammad (Gadung Rantau) bin ‘Alimul Fadhil H. Salman Farisi bin ‘Allimul’allamah Qadhi H. Mahmud bin Asiah binti Syekh Muhammad Arsyad, untuk mengenal problem Nur Muhammad; maka dengan demikian di antara guru dia wacana Nur Muhammad antara lain ialah ‘Alimul Fadhil H. M. Muhammad tersebut di atas.

al-Ālim al-Allāmah Syaikh Seman Mulya ialah paman dia yang secara intensif mendidik dia baik ketika berada di sekolah maupun di luar sekolah. Ketika mendidik Abah Guru Sekumpul, Guru Seman hampir tidak pernah mengajarkan pribadi bidang-bidang keilmuan itu kepada dia kecuali di sekolahan. Akan tetapi, Guru Seman pribadi mengajak dan mengantarkan Abah Guru Sekumpul mendatangi tokoh-tokoh yang populer dengan sepesialisasi masing-masing baik di kawasan Kalimantan Selatan maupun di Jawa untuk belajar. Seperti contohnya ketika ingin mendalami Hadits dan Tafsir, Guru Seman mengajak (mengantarkan) Abah Guru Sekumpul kepada al-Ālim al-Allāmah as-Syaikh Anang Sya’rani yang populer sebagai muhaddits dan andal tafsir. Menurut Abah Guru Sekumpul sendiri, dikemudian hari ternyata Guru Tuha Seman Mulya ialah pakar di semua bidang keilmuan Islam itu. Tapi alasannya ialah kerendahan hati dan tawadhu tidak ingin menampakkan diri.

Sedangkan al-Ālim al-Allāmah Salman Jalil ialah pakar ilmu falak dan ilmu faraidh yang sudah diakui ketinggian dan kedalamannya ilmunya. Selain itu, Guru Salman Jalil juga ialah Qhadi Qudhat Kalimantan dan salah seorang tokoh pendiri IAIN Antasari Banjarmasin. Guru Salman Jalil ini pada masa tuanya kembali berguru kepada Abah Guru Sekumpul. Peristiwa ini yang ia contohkan kepada generasi kini biar jangan sombong, dan lihatlah betapa seorang guru yang alim besar tidak pernah sombong di hadapan kebesaran ilmu pengetahuan, meski yang kini sedang menyampaikannya ialah muridnya sendiri.

Selain itu, di antara guru-guru Abah Guru Sekumpul lagi selanjutnya :

al-Ālim al-Allāmah al-‘Ārif billāh as-Syekh Muhammad Syarwani Abdan Bangil
al-Ālim al-Allāmah al-‘Ārif billāh as-Syaikh as-Sayyid Muhammad Amin Kutbi

Kedua tokoh ini biasa disebut Guru Khusus beliau, atau meminjam perkataan dia sendiri ialah Guru Suluk (Tarbiyah al-Shufiyah).

Dari beberapa paguruan Abah Guru Sekumpul lagi ialah :

Kyai Falak (Bogor)
Syaikh Yasin bin Isa Padang (Makkah)
Syaikh Hasan Masyath
Syaikh Ismail al-Yamani
Syaikh Abdul Kadir al-Bar

Sedangkan guru pertama secara ruhani :

al-Ālim al-Allāmah Ali Junaidi (Berau) bin al-Ālim al-Fadhil Qadhi Muhammad Amin bin al-Ālim al-Allāmah Mufti Jamaludin bin Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari
al -Ālim al-Allāmah Muhammad Syarwani Abdan Bangil

Pengaruh kehidupan keluarga

Gemblengan ayah dan bimbingan intensif paman dia semenjak kecil betul-betul tertanam. Semenjak kecil Abah Guru Sekumpul sudah memperlihatkan sifat mulia; penyabar, ridha, pemurah, dan kasih sayang terhadap siapa saja. Kasih sayang yang ditanamkan dan juga ditunjukkan oleh ayah dia sendiri. Seperti misalnya, suatu ketika hujan turun deras, sedangkan rumah Abah Guru Sekumpul sekeluarga waktu itu sudah sangat bau tanah dan reot. Sehingga air hujan merembes masuk dari atap-atap rumah. Saat waktu itu, ayah dia menelungkupi dia untuk melindungi tubuh dia dari hujan dan rela membiarkan dirinya sendiri tersiram hujan.

Abdul Ghani bin Abdul Manaf, ayah dari Guru Sekumpul juga ialah seorang cowok yang saleh dan sabar dalam menghadapi segala situasi dan sangat besar lengan berkuasa dengan menyembunyikan derita dan cobaan. Tidak pernah mengeluh kepada siapapun. Cerita sedih dan kesusahan sekaligus juga merupakan intisari kesabaran, dorongan untuk terus berusaha yang halal, menjaga hak orang lain, jangan mubazir, bahkan sistem memenej perjuangan dagang dia sampaikan kepada generasi kini lewat cerita-cerita itu.

Beberapa kisah yang diriwayatkan ialah sewaktu kecil mereka sekeluarga yang terdiri dari empat orang hanya makan satu nasi bungkus dengan lauk satu biji telur, dibagi empat. Tak pernah satu kalipun di antara mereka yang mengeluh. Pada masa-masa itu juga, ayah dia membuka kedai minuman. Setiap kali ada sisa teh, ayah dia selalu meminta izin kepada pembeli untuk diberikan kepada Qusyairi. Sehingga kemudian sisa-sisa minuman itu dikumpulkan dan diberikan untuk keluarga.

Adapun sistem mengatur perjuangan dagang, ayah Guru Sekumpul memberikan bahwa setiap laba dagang itu mereka bagi menjadi tiga. Sepertiga untuk menghidupi kebutuhan keluarga, sepertiga untuk menambah modal usaha, dan sepertiga untuk disumbangkan. Salah seorang ustadz setempat pernah mengomentari hal ini, “bagaimana tidak berkah hidupnya kalau ibarat itu.” Pernah sewaktu kecil Abah Guru Sekumpul bermain-main dengan menciptakan sendiri mainan dari gadang pisang. Kemudian sang ayah keluar rumah dan melihatnya. Dengan ramah sang ayah menegurnya, “Nak, sayangnya mainanmu itu. Padahal bisa dibentuk sayur.” Abah Guru Sekumpul pribadi berhenti dan menyerahkannya kepada sang ayah.

Kelebihan

Beberapa catatan lain berupa beberapa kelebihan dan ‘keanehan’ Abah Guru Sekumpul ialah sudah hafal Al-Qur'an semenjak berusia 7 tahun. Kemudian hapal tafsir Jalalain pada usia 9 tahun. Semenjak kecil, pergaulan dia betul-betul dijaga. Kemana pun bepergian selalu ditemani. Pernah suatu ketika Abah Guru Sekumpul ingin bermain-main ke pasar ibarat layaknya anak sebayanya semasa kecil. Saat memasuki gerbang pasar, tiba-tiba muncul pamannya, Syaikh Seman Mulya di hadapannya dan memerintahkan untuk pulang. Orang-orang tidak ada yang melihat Syekh, begitu juga sepupu yang menjadi ”bodyguard”-nya. Abah Guru Sekumpul pun pribadi pulang ke rumah.

Dalam usia kurang lebih 10 tahun, sudah mendapat khususiat dan anugerah dari Tuhan berupa Kasyaf Hissi yaitu melihat dan mendengar apa-apa yang ada di dalam atau yang terdinding. Dan dalam usia itu pula dia didatangi oleh seseorang bekas pemberontak yang sangat ditakuti masyarakat akan kejahatan dan kekejamannya. Kedatangan orang tersebut tentunya sangat mengejutkan keluarga di rumah beliau. Namun apa yang terjadi, pria tersebut ternyata ketika melihat dia pribadi sungkem dan minta ampun serta memohon untuk dikontrol atau diperiksakan ilmunya yang telah ia amalkan, kalau salah atau sesat minta dibetulkan dan diapun minta biar supaya ditobatkan.

Mendengar hal yang demikian dia kemudian masuk serta memberitahukan problem orang tersebut kepada ayah dan keluarga, di dalam rumah, sepeninggal dia masuk kedalam ternyata tamu tersebut tertidur. Setelah dia terjaga dari tidurnya maka diapun kemudian diberi makan dan sementara tamu itu makan, dia menemui ayah dia dan menunjukan maksud dan tujuan kedatangan tamu tersebut. Maka kata ayah dia tanyakan kepadanya apa saja ilmu yang dikajinya. Setelah selesai makan kemudian dia menanyakan kepada tamu tersebut sebagaimana yang dimaksud oleh ayah dia dan jawabannva pribadi dia sampaikan kepada ayah beliau. Kemudian kata ayah dia tanyakan apa lagi, maka jawabannyapun disampaikan dia pula. Dan kata ayah dia apa lagi, maka setelah berulang kali di tanyakan apa lagi ilmu yang ia miiki maka pada akibatnya ketika dia hendak memberikan kepada tamu tersebut, maka tamu tersebut tatkala melihat dia mendekat kepadanya pribadi gemetar badannya dan menangis seraya minta tolong ditobatkan dengan impian Tuhan mengampuni dosa-dosanya.

Pernah rumput-rumputan memberi salam kepada dia dan menyebutkan keuntungannya untuk pengobatan dari beberapa penyakit, begitu pula batu-batuan dan besi. Namun kesemuanya itu tidaklah dia perhatikan dan hal-hal yang demikian itu dia anggap hanya merupakan ujian dan cobaan semata dari Allah SWT.

Pada usia 9 tahun pas malam jumat Abah Guru Sekumpul bermimpi melihat sebuah kapal besar turun dari langit. Di depan pintu kapal berdiri seorang penjaga dengan jubah putih dan di gaun pintu masuk kapal tertulis “Sapinah al-Auliya”. Abah Guru Sekumpul ingin masuk, tapi dihalau oleh penjaga hingga tersungkur. Abah Guru Sekumpul pun terbangun. Pada malam jum’at berikutnya, dia kembali bermimpi hal serupa. Dan pada malam jumat ketiga, Abah Guru Sekumpul kembali bermimpi serupa. Tapi kali ini dia dipersilahkan masuk dan disambut oleh salah seorang syekh. Ketika sudah masuk dia melihat masih banyak dingklik yang kosong.

Ketika Abah Guru Sekumpul merantau ke tanah Jawa untuk mencari ilmu, tak disangka tak dikira orang yang pertama kali menyambutnya dan menjadi guru ialah orang yang menyambutnya dalam mimpi tersebut.

Dalam usia 14 tahun, atau tepatnya masih duduk di Kelas Satu Tsanawiyah, dia telah dibukakan oleh Allah Swt atau futuh, tatkala membaca ayat: Wakanallahu syami’ul bashiir.

‘Alimul’allamah Al-’Arif Billah Asy-Syekh H. M. Zaini Abdul Ghani, semenjak kecilnya hidup di tengah keluarga yang shalih, maka sifat-sifat sabar, ridha, kitmanul mashaib, kasih sayang, pemurah dan tidak pemarah sudah tertanam dan tumbuh subur di jiwa beliau; sehingga apapun yang terjadi terhadap diri dia tidak pernah mengeluh dan mengadu kepada orang tua, sekalipun dia pernah dipukuli oleh orang-orang yang hasud dan dengki kepadanya. Beliau ialah seorang yang sangat menyayangi para ulama dan orang orang yang shalih, hal ini tampak ketika dia masih kecil, dia selalu menunggu tempat tempat yang biasanya ‘Alimul Fadhil H. Zainal Ilmi lewati pada hari-hari tertentu ketika hendak pergi ke Banjarmasin semata-mata hanya untuk bersalaman dan mencium tangan tuan Guru H. Zainal Ilmi.

Di masa remaja ‘Alimul ‘allamah Al ‘Arif Billah Asy-Syekh H. M Zaini Abdul Ghani pernah bertemu dalam rukyah (mimpi) dengan Saiyidina Hasan dan Saiyidina Husien (cucu Nabi Saw) yang keduanva masing-masing membawakan pakaian dan memasangkan kepada dia lengkap dengan sorban dari lainnya. Dan dia ketika itu diberi nama oleh keduanya dengan nama Zainal ‘Abidin. Setelah dewasa, maka tampaklah kebesaran dan keutamaan dia dalam aneka macam hal dan banyak pula orang yang belajar. Para Habaib yang tua-tua, para ulama dan guru-guru yang pernah mengajari beliau, alasannya ialah mereka mengetahui keadaan dia yang bergotong-royong dan sangat sayang serta hormat kepada beliau.

‘Alimul ‘allamah Al ‘Arif Billah Asy-Syekh H. M. Zaini Abdul Ghani ialah seorang ulama yang menghimpun antara wasiat, thariqat dari haqiqat, dan dia seorang yang hafazh Quran beserta hafazh tafsirnya, yaitu tafsir Quran Al-’Azhim lil-Imamain Al-Jalalain. Beliau seorang ulama yang masih termasuk keturunan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dan menghidupkan kembali ilmu dan amalan-amalan serta thariqat yang diamalkan oleh Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Karena itu majelis pengajian beliau, baik majelis ta’lim maupun majelis ‘amaliyahnya di Komplek Raudah Sekumpul ibarat majelis Syekh Abdul Kadir al-Jailani.

Sifat lemah lembut, kasih sayang, ramah tamah, sabar, dan pemurah sangatlah tampak pada diri beliau, sehingga dia dikasihi dan disayangi oleh segenap lapisan masyarakat, sahabat dan anak murid. Kalau ada orang yang tidak bahagia melihat akan keadaan dia dan menyerang dengan aneka macam kritikan dan hasutan maka beliaupun tidak pernah membalasnya. Beliau hanya membisu dan tidak ada reaksi apapun, alasannya ialah dia anggap mereka itu belum mengerti, bahkan tidak mengetahui serta tidak mau bertanya.

Tamu-tamu yang tiba ke rumah beliau, pada umumnya selalu dia berikan jamuan makan, apalagi pada hari-hari pengajian, seluruh murid murid yang mengikuti pengajian yang tidak kurang dari 3.000-an, kesemuanya diberikan jamuan makan. Sedangkan pada hari hari lainnya diberikan jamuan minuman dan roti.

Beliau ialah orang yang mempunyai prinsip dalam berjihad yang benar-benar mencerminkan apa apa yang terkandung dalam Alquran, contohnya dia akan menghadiri suatu majelis yang sifatnya dakwah Islamiyah, atau membesarkan dan memuliakan syi’ar agama Islam. Sebelum dia pergi ke tempat tersebut lebih dulu dia turut menyumbangkan harta dia untuk pelaksanaannya, kemudian gres dia datang. Kaprikornus benar-benar dia berjihad dengan harta lebih dahulu, kemudian dengan anggota badan. Dengan demikian dia benar-benar mengamalkan kandungan ayat Quran yang berbunyi: Wajaahiduu bi’amwaaliku waanfusikum fii syabilillah.

‘Alimul ‘allamah Al ‘Arif Billah Asy-Syekh H. M. Zaini Abdul Ghani ialah satu-satunya Ulama di Kalimantan, bahkan di Indonesia yang mendapat izin untuk mengijazahkan (bai’at) thariqat Sammaniyah, alasannya ialah itu banyaklah yang tiba kepada dia untuk mengambil bai’at thariqat tersebut, bukan saja dari Kalimantan, bahkan dari pulau Jawa dan kawasan lainnya.

‘Alimul’allamah Al ‘Arif Billah Asy Syekh H. M. Zaini Abdul Ghani dalam mengajar dan membimbing umat tidak mengenal lelah dan sakit. Meskipun dalam keadaan kurang sehat, selama masih mampu, dia masih tetap mengajar dan memberi pengajian.

Dalam membina kesehatan para akseptor pengajian dalam waktu-waktu tertentu dia datangkan dokter seorang andal untuk memberiikan penyuluhan kesehatan sebelum pengajian dimulai, ibarat dokter seorang andal jantung, paru paru, THT, mata, ginjal, penyakit dalam, serta dokter andal penyakit menular dan lainnya. Dengan demikian dia sangatlah memperhatikan kesehatan para akseptor pengajian dan kesehatan lingkungan tempat pengajian.

Berbagai karomah (kelebihan) telah diberikan oleh Allah kepada beliau. Ketika dia masih tinggal di Kampung Keraton (Martapura), biasanya setelah selesai pembacaan maulid, dia duduk-duduk dengan beberapa orang yang masih belum pulang sambil bercerita wacana orang orang bau tanah dulu yang isi kisah itu untuk sanggup diambil pelajaran dalam meningkatkan amaliyah.

Tiba tiba dia bercerita wacana buah rambutan, pada waktu itu masih belum musimnya; dengan tidak disadari dan diketaui oleh mereka yang hadir dia mengacungkan tangannya kebelakang dan ternyata di tangan dia terdapat sebiji buah rambutan yang masak, maka heranlah semua yang hadir melihat insiden akan hal tersebut. Dan rambutan itupun pribadi dia makan.

Ketika dia sedang menghadiri selamatan dan disuguhi jamuan oleh shahibul bait (tuan rumah) maka tampak ketika, itu makanan, tersebut hampir habis dia makan, namun setelah piring tempat masakan itu diterima kembali oleh yang melayani beliau, sehabis dilihat, ternyata masakan yang tampak habis itu masih banyak bersisa dan seolah-olah tidak pernah dimakan oleh beliau.

Pada suatu ekspresi dominan kemarau yang panjang, di mana hujan sudah usang tidak turun sehingga sumur-sumur sudah hampir mengering, maka cemaslah masyarakat ketika itu dan mengharap biar hujan bisa segera turun. Melihat hal yang demikian banyak orang yang tiba kepada dia mohon minta doa dia biar hujan segera turun, kemudian dia kemudian keluar rumah dan menuju pohon pisang yang masih berada di akrab rumah dia waktu itu, maka dia goyang-goyangkanlah pohon pisang tersebut dan ternyata tidak usang kemudian, hujanpun turun dengan derasnya.

Ketika pelaksanaan Haul Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari yang ke 189 di Dalam pagar Martapura, kebetulan pada masa itu sedang ekspresi dominan hujan sehingga membanjiri jalanan yang akan dilalui oleh ‘Alimul ‘allamah Al ‘Arif Billah Asy-Syeikh H. M. Zaini Abdul Ghani menuju ke tempat pelaksanaan haul tersebut. Keadaan itu sempat mencemaskan panitia pelaksana haul tersebut, namun dan tidak disangka semenjak pagi harinya jalanan yang akan dilalui oleh dia yang masih digenangi air sudah kering, sehingga dengan mudahnya dia dan rombongan melewati jalanan tersebut; dan setelah keesokan harinya jalanan itupun kembali digenangi air hingga beberapa hari kemudian.

Banyak orang orang yang menderita sakit ibarat sakit ginjal, usus yang membusuk, anak yang tertelan peniti, ibu yang sedang hamil dan bayinya jungkir (sungsang) serta meninggal dalam kandungan, di mana semua kasus ini berdasarkan keterangan dokter harus dioperasi. Namun keluarga sisakit kemudian pergi minta didoakan oleh ‘Allimul’allamah ‘Arif Billah Asy Syekh H. M. Zaini Abdul Ghani. Dengan air yang dia berikan kesemuanya sanggup tertolong dan sembuh tanpa dioperasi.

Demikianlah di antara karamah dan kekuasaan Tuhan yang ditunjukkan kepada diri seorang hamba yang dikasihi-Nya.


Petuah

Salah satu pesan Guru Sekumpul ialah wacana karamah, yakni biar kita jangan hingga tertipu dengan segala keganjilan dan keunikan. Karena bagaimanapun juga karamah ialah anugrah, murni pemberian, bukan suatu keahlian atau skill. Karena itu jangan pernah berpikir atau berniat untuk mendapat karamah dengan melaksanakan ibadah atau wiridan-wiridan. Dan karamah yang paling mulia dan tinggi nilainya ialah istiqamah di jalan Allah itu sendiri. Kalau ada orang mengaku sendiri punya karamah tapi salatnya tidak karuan, maka itu bukan karamah, tapi bakarmi (orang yang keluar sesuatu dari duburnya).

Guru Sekumpul juga sempat memperlihatkan beberapa pesan kepada seluruh masyarakat Islam, yakni:

1. Menghormati ulama dan orang tua

2. Baik sangka terhadap muslimin

3. Murah Hati

4. Murah harta

5. Manis muka

6. Jangan menyakiti orang lain

7. Mengampunkan kesalahan orang lain

8. Jangan bermusuh-musuhan

9. Jangan tamak atau serakah

10. Berpegang kepada Allah, pada kabul segala hajat

11. Yakin keselamatan itu pada kebenaran.


Kitab yang ABAH GURU tulis

Sebelum wafat, Tuan Guru H.M. Zaini Abdul Ghani telah menulis beberapa buah kitab, antara lain:

Risalah Mubaraqah.
Manaqib Asy-Syekh As-Sayyid Muhammad bin Abdul Karim Al-Qadiri Al-Hasani As-Samman Al-Madani.
Ar-Risalatun Nuraniyah fi Syarhit Tawassulatis Sammaniyah.
Nubdzatun fi Manaqibil Imamil Masyhur bil Ustadzil a’zham Muhammad bin Ali Ba’alawy.



Wafat

Abah Guru Sekumpul sempat dirawat di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura, selama 10 hari. alasannya ialah penyakit ginjal yang dia derita. Pada hari Selasa malam, 9 Agustus 2005, sekitar pukul 20.30, Abah Guru Sekumpul tiba di Bandar Udara Syamsudin Noor, Banjarbaru, dengan memakai pesawat carter F-28

Pada hari Rabu , 5 Rajab 1426 H bertepatan dengan tanggal 10 Agustus 2005 pukul 05.10 pagi, Abah Guru Sekumpul menghembuskan napas terakhir dan berpulang ke rahmatullah pada usia 63 tahun di kediaman dia sekaligus komplek pengajian, Sekumpul Martapura.

Innalillahi wa Inna Ilaihi Raaji’un, telah diangkat oleh Allah SWT ilmu melalui kewafatan seorang ulama.

Begitu mendengar kabar meninggalnya Abah Guru Sekumpul lewat pengeras bunyi di masjid-masjid selepas salat subuh, masyarakat dari aneka macam kawasan di Kalimantan Selatan berdatangan ke Sekumpul Martapura

Seluruh masyarakat Kalimantan merasa kehilangan seorang Abah Guru yang menjadi panutan, penerang dan penyuluh kehidupan umat. Kini umat Islam di Martapura dan Kalimantan Selatan umumnya, menantikan kembali, hadirnya generasi gres –ulama panutan– yang akan menggantikan atau paling tidak mempunyai kharisma dan ilmu sebagaimana yang dimiliki oleh Guru Sekumpul, untuk memimpin dan membimbing umat menuju kedamaian di bawah ridha Allah SWT

Sumber Riwayat Singkat Perjalanan Guru Sekumpul : https://romanacinta.blogspot.com/search?q=riwayat-singkat-abah-guru-sekumpul-oleh

Berikut Ini Adalah Kumpulan ceramah
silahkan download dibawah ini


sifat dua puluh bab 1
sifat dua puluh bab 2
sifat dua puluh bab 3
sifat dua puluh bab 4
sifat dua puluh bab 5
sifat dua puluh bagia 6
sifat dua puluh bab 7
sifat dua puluh bab 8
sifat dua puluh bab 9
sifat dua puluh bab 10
sifat dua puluh bab 11
sifat dua puluh bab 12
sifat dua puluh bab 13
.sifat dua puluh bab 14
sifat dua puluh bab 15
.sifat dua puluh bab 16
.sifat dua puluh bab 17
.sifat dua puluh bab 18
.sifat dua puluh bab 19
.sifat dua puluh bab 20
.sifat dua puluh bab 21
.sifat dua puluh bab 22
sifat dua puluh bab 23
.sifat dua puluh terakhir 24

dan dibawah ini kumpulan ceramah Abah Guru Sekumpul yang berjudul :

Ceramah_peringatan 100 hari meninggalnya
Qaalahabibali.
NUR_MUHAMMAD.
Bertemu_Allah_A.mp3
Bertemu_Allah_B.mp3
Kaya_Hati.
Ihya_Syarat_Fiqh
.Ihya_Syarat_Fiqh_B
TipuanSyaithan.
.Wali_Allah SWT
Berkat_Salawat.

Sumber link Download Kumpulan Ceramah Guru Sekumpul : http://rindurasul2.blogspot.com/p/download-ceramah-guru-sekumpul.html 

Sumber http://tarekataulia.blogspot.com/

Comments