Bersikap Adil Dan Bijaksana Dalam Bergaul


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Janganlah seorang mu’min lelaki membenci seorang perempuan mu’minah. Karena, kalaupun ia tidak menyenangi suatu huruf yang ada padanya, tentu ia menyenangi huruf lain yang ada padanya” [1]

Hadits ini mengandung dua nasihat yang agung.

Pertama.
Arahan untuk bergaul dengan isteri, kerabat dekat, teman, orang yang bekerja sama dengan anda, dan semua yang ada keterkaitan dan hubungan antara anda dan dia. Yaitu, seyogianya anda tata batin anda dalam bergaul dengannya, bahwa niscaya ia memiliki cela atau kekurangan atau hal lain yang tidak anda sukai. Jika anda dapati hal yang demikian, bandingkanlah itu dengan kuatnya pertalian dan kesinambungan cinta antara anda dan ia yang wajib atau seyogianya anda bina, dengan mengingat sisi-sisi kebaikan, maksud-maksud baik yang bersifat umum atau khusus yang ada pada dirinya. Dengan menutup mata dari sisi-sisi keburukkan dan memandang sisi kebaikan, persahabatan dan tali hubungan akan langgeng dan ketenteraman batin akan terwujud bagi anda.


Kedua.
Yaitu hilangnya kegelisahan maupun keguncangan,langgengnya ketulusan cinta, keberlanjutan menunaikan tuntunan bergaul yang bersifat wajib maupun sunnah, dan terwujudnya ketentraman batin antara kedua belah pihak.
Baransiapa yang tidak mengambil pelajaran dari hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, tetapi bahkan ia melaksanakan sebaliknya, yaitu dengan memperhatikan sisi-sisi keburukan dan membutakan mata dari melihat sisi-sisi kebaikan, maka niscaya ia akan guncang dan gelisah, dan niscaya tidaklah mulus cinta yang ada antara ia dan orang yang sudah terjalin hubungan dengannya. Disamping itu, sejumlah hak maupun kewajiban yang harus dipelihara oleh masing-masing dari keduanyapun akan putus.

Banyak tokoh atau pendekar yang bisa menguatkan hatinya untuk sabar dan hening ketika terjadinya tragedi atau malapetaka besar. Namun, di ketika menghadapi perkara-perkara remeh dan sederhana, maka justeru guncang, dan kepolosan hatinya tidak jernih lagi. Sebabnya yakni alasannya yakni mereka sanggup menguatkan hati dalam menghadapi perkara-perkara besar,namun ketika menghadapi perkara-perkara kecil, justeru mereka biarkan diri mereka tanpa kontrol, sehingga membahayakan mereka dan berefek jelek pada ketenangan mereka.

Orang yang berkepribadian kokoh bisa menguatkan hatinya untuk menghadapi kasus kecil maupun besar. Ia memohon dukungan Allah untuk menghadapinya dan memohon biar Allah tidak menitipkan dirinya kepada dirinya walau sekejap mata. Maka, di ketika itulah kasus kecil menjadi gampang baginya, sebagaimana kasus besar pun menjadi mudah. Dan, ia tetap berjiwa tenteram dan berhati hening dan nyaman.


[Disalin dari buku Al-Wasailu Al-Mufidah Lil Hayatis Sa’idah, edisi Indonesia Dua Puluh Tiga Kiat Hidup Bahagia, Penerjemah Rahmat Al-Arifin Muhammad bin Ma’ruf, Penerbit Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabia Jakarta]
_________
Foote Note
[1]. Hadits Riwayat Muslim, Muslim bin Al-Hajjaj An-Naisaburi, Shahih Muslim, Kitab Ar-Radha kepingan Al-Washiyyah bin Nisa'

Comments