KEUTAMAAN DZIKIR PETIR PUN TAK MAMPU MENYAMBAR

Dzikir adalah salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk selalu dekat dengan Sang Pencipta yaitu Allah SWT. Dalam segala situasi dan kondisi, hendaklah kita selalu mengagungkan nama Allah dengan terus melanggengkan dzikir. Dzikir sendiri bisa kita lakukan baik diucapkan memalui lisan, perbuatan, bahkan di dalam hati.

Semua yang terjadi dalam kehidupan kita, tak ada lain adalah kehendak Allah SWT. Tak ada kebaikan yang bisa kita dapatkan, kecuali tanpa ada ridhlo dari Allah. Maka dari itu, dengan berdzikir mengingat nama Allah, kita berusaha untuk terus mendekat pada-Nya agar diri kita senantiasa dalam lindungan-Nya serta apa yang kita lakukan mendapatkan ridhlo-Nya.

Saking mulianya seorang yang senantiasa berdzikir kepada Allah SWT, bahkan seluruh isi alam mualai dari gunung, tanah, bahkan batu, kayu, langit, hewan hingga tumbuhan pun akan menjadi saksi untuk seseorang yang melanggengkan dzikir kepada Allah SWT. Petir yang menggelegar di atas langit pun tak akan mampu menyambar orang-orang yang berdzikir dan menyebut nama Allah.

Imam Atha’ Berkata, “ Petir tak akan pernah mampu menyambar seseorang yang berdzikir.”

Dialog gunung dan tanah yang bahagia mendengar orang berdzikir

Sahabat Ibnu Mas’ud bertutur menirukan dialog dari dua gunung yang membicarakan orang yangmelintasi mereka dengan berdzikir.

“Hai Gunung”, sapa satu gunung kepada gunung yang lain, “Apakah sudah ada orang yang berdzikir saat melintas disekitarmu?”

“Kalu gunung yang ditanya itu menjawab ‘iya’, maka gunung (yang ditanya maupun yang bertanya) akan bahagia.”

Kemudian Ibnu Mas’ud membaca firman Allah dalam Al-Qur’an surat Maryam ayat 88-92.

وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَٰنُ وَلَدًا () لَّقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا () تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا () أَن دَعَوْا لِلرَّحْمَٰنِ وَلَدًا () وَمَا يَنبَغِي لِلرَّحْمَٰنِ أَن يَتَّخِذَ وَلَدًا


Artinya :
Dan mereka berkata, (Allah) Yang Maha Pengasih mempunyai anak’. Sungguh, kamu telah membawa sesuatu yang sangat mungkar, hampir saja langit pecah, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh, (karena ucapan itu), karena mereka menganggap (Allah) Yang Maha Pengasih mempunyai anak.” (QS.Maryam : 88-92)

Beliau Ibnu Mas’ud juga bertutur bahwa gunung tak hanya mendengar tentang keburukan. Ia juga bahagia saat mendengarkan suara kebaikan berupa dzikir yang melintasi sekitarnya. Gunung yang bertanya senang, karena ia mendengar kabar dari gunung yang ia tanya tentang adanya orang yang dzikir kepada Allah SWT.

Sahabat Anas bin Malik Ra pun mengisahkan tentang pecakapan berbagai bidang tanah yang terjadi setiap pagi dan sora hari.

Ujar Anas bin Malik menirukan dialog berbagai bidang tanah yang menanyakan tentang adanya orang berdzikir,”Hai Tetangga, apa sudah ada hamba yang telah mendirikan shalat atau dzikir mengingat Allah yang telah melewatimu?”

Dari beberapa bidang tanah yang ditanya oleh si bidang tanah penanya ada yang menjawabnya dengan sudah, namun diantaranya ada juga yang menjawab belum.

“Jika dijawab, ‘sudah’ maka ia kan melihat tetangganya (tanah) itu memiliki suatu keutamaan,” tutr sahabat Anas bin Malik Ra seperti yang telah dikuti Syeikh Abu Bakar Al-Thurthusy Al-Andalusi dalam kitab Al-Ma’tsurat dari kitab Fath Al-Kabir tulisan Imam As-Suyuti.

Begitu banyak keutamaan dari berdzikir, maka alasan apa lagi yang akan kita buat untuk tidak melakukannya ? Padahal Allah sendiri telah menjajikan berbagai macam nikmat yang luar biasa besarnya untuk hamba-hamba-Nya yang senantiasa berdzikir dan mengingat nama-Nya.

Comments