Kisah Karomah Sayyidah Fatimah (Putri Nabi)

Tidak dipungkiri lagi Sayyidatina Fatimah ialah putri paling dicintai Nabi Muhammad saw., ia lahir dari rahim istri Rasulullah saw. yang pertama, yaitu Khadijah binti Khuwailid ra. Ia salah satu empat wanita termulia di dunia dari dulu hingga simpulan zaman nanti, sebagaimana ditegaskan oleh dia Nabi Muhammad saw. dalam hadits Abdullah bin Abbas ra., diriwayatkan Imam Baihaqi (Sya’bul Iman) dan Ibnu Asakir (70/107) berikut ini: Rasulullah saw. bersabda, “Ada empat orang perempuan, mereka ialah pemimpin mereka di dunia; Maryam binti Imran, Asiyah istri Fir’aun, Khadijah binti Khuwailid dan Fatimah binti Muhammad saw., yang paling pintar dari mereka ialah Fatimah.”

Begitu juga hadits Anas bin Malik ra., riwayat Imam Ahmad, Thabrani, Ibnu Jarir, Ibnu Murdawaih dan Ibnu Adi (Al-Kamil) berikut ini: Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik wanita di dunia ialah empat orang; Maryam binti Imran, Asiyah, istri Fir’aun, Khadijah binti Khuwailid dan Fatimah binti Rasulullah saw.”

Suatu ketika Fatimah dipanggil ayahandanya, baginda Rasulullah saw. dan dibisiki sesuatu. Bisikan itu menjadikannya menangis tersedu, sang ayah tidak tega melihat tangisnya, kemudian dia bisikkan lagi sesuatu kepadanya, bisikan kedua mengena di hati anaknya dan meredakan tangisnya, bahkan menjadikannya tertawa riang. Aisyah ra., Ummul Mukminin yang ada di sebelahnya penasaran, kemudian bertanya kepada putri tercinta baginda Nabi Muhammad saw. Demikian sebagaimana tertuang dalam hadits Ummul Mukminin Aisyah ra., riwayat Imam Bukhari (6285 & 6586) dan Muslim (89 & 2450) berikut ini: Ummul Mukminin Aisyah ra. berkata: “Beberapa istri Nabi (Muhammad saw.) ada di samping beliau, Fatimah tiba berjalan, tidak salah kalau jalannya mirip Nabi saw. Ketika Nabi mengetahuinya, dia mengucapkan selamat (tarhib) kepadanya, ‘Marhaban wahai putriku.’ Rasulullah mendudukkannya di arah kanan atau kiri dia (perawi ragu). Setelah dekat, Rasulullah membisikinya, dan meledaklah tangis Fatimah. Ketika Rasulullah merasa bisikan itu menggoncangkannya, dia kembali membisikinya, dan Fatimah menjadi tertawa riang.’ Aku (Aisyah) bertanya kepadanya, ‘Adakah Rasulullah saw. mengkhususkan di antara istri-istrinya suatu rahasia, sehingga kau menangis?’ Ketika Rasulullah saw. beranjak, saya bertanya kepada Fatimah. Ia menjawab, ‘Aku tidak akan memberitahukan perihal rahasianya.’ ‘Setelah Rasulullah saw. wafat, saya mendatangimu, biar kau menyampaikan kepada kami perihal apa yang (dulu) pernah Rasulullah saw. sampaikan kepadamu.’ (Fatimah) menjawab, ‘Kalau kini boleh saya ceritakan; Yang pertama dia membisikiku bahwa Jibril membacakan (di hadapanku) Al-Qur’an setahun sekali atau dua kali. Sekarang dua kali, (dari sini) saya melihat ajalku sudah dekat, maka takutlah kau kepada Allah dan bersabarlah, alasannya sebaik-baik masa, ialah dimana saya untukmu. (Oleh alasannya itu), saya menangis mirip tangisku (dulu) yang kau lihat, (tetapi) ketika dia melihat kaget dan tangisku meledak, dia memberiku isu yang kedua, dengan berkata wahai Fatimah, adakah engkau tidak suka, kalau kau termasuk pemimpin para wanita mukminin atau kau ialah pemimpin wanita umat ini? Maka saya tertawa mirip tertawaku yang dulu engkau lihat.”



Karomah Sayyidatina Fatimah Az-Zahra

Adapun karomah dia ialah sebagaimana tersebut dalam hadits Jabir bin Abdullah ra. riwayat Imam Abu Ya’la Al-Mushali: Sesungguhnya Nabi saw. dilanda lapar pada ketika paceklik, kemudian Fatimah menghadiahkan dua potong roti dan sepotong daging yang mengesankannya, dia kemudian membawa semua itu dan mengajaknya pulang, “Ayo kemari putriku.” Ketika Fatimah membuka wadah roti itu ternyata telah penuh roti dan daging. Itu niscaya tiba dari kehendak Allah. Rasulullah saw. kemudian bertanya, “Dari mana semua ini (wahai Fatimah)?” Fatimah menjawab, “(Semua ini) tiba dari Allah, bergotong-royong Allah menawarkan rezeki kepada orang yang dikehendaki tanpa perhitungan (sama sekali).” Nabi saw. berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menyebabkan kau mirip pemimpin wanita Bani Israil (Maryam).” Rasulullah saw. kemudian mengumpulkan Ali bin Abi Thalib, Hasan, Husein dan seluruh keluarga yang ada, sehingga mereka kenyang, dan makanan masih utuh mirip sedia kala, Fatimah kemudian menawarkan kepada tetangganya.

Wallahu A’lam


Sumber: Buku “Kesahihan Dalil Keramat Wali” karya KH.M. Hanif Muslich, Lc.

Comments