Tarekat Khalwatiyah


 
Nama khalwatiyah diambil dari nama seorang sufi ulama dan pejuang makassar era ke-17, syaikh yusuf al-makasari al-khalwati (tabarruk) terhadap Muhamad (Nur) al-khalwati al-khawa rizmi (w.751-1350). Sekarang terdapat dua cabang terpisah dari tarekat ini yang hadir bersama. Keduanya dikenal dengan nama tarekat khalwatiyah yusuf dan khalwatiyah samman.  Tarekat khalwatiyah yusuf disandarkan kepada nama syaikh yusuf al-makasari dan tarekat khalwatiyah samman diambil dari nama seorang sufi madinah era ke-18 Muhamad al-samman. Tarekat khalwatiyah yusuf dalam berdzikir mewiridkan nama-nama dewa dan kalimat-kalimat singkat lainnya secara sirr dalam hati, sedangkan tarekat khalwatiyah samman melaksanakan zikir dan wiridnya dengan bunyi keras dan ekstatik. Tarekat khalwatiyah samman sangat terpusat, semua gurunya tunduk kepada pimpinan pusat di maros, sedangkan tarekat khalwatiayh yusuf tidak mempunyai pimpinan pusat.  Cabang-cabang lokal tarekat khalwatiyah samman sering kali mempunyai kawasan ibadah sendiri (mushalla, langgar) dan cenderung mengisolasi diri dari pengikut tarekat lain, sementara pengikut khalwatiyah yusuf tidak mempuyai kawasan ibadah khusus dan bebas bercampur dengan masyarakat yang tidak menjadi anggota tarekat, anggota tarekat khalwatiyah yusuf banyak berasal dari kalangan aristokrat makassar termasuk penguasa kerajaan gowa terakhir andi ijo sultan Muhamad abdul kadir aidid (berkuasa 1940-1960). Tarekat khalwatiyah samman lebih merakyat baik dalam hal gaya maupun komposisi sosial, sebagian besar pengikutnya orang desa.

Untuk mengetahui segala sesuatu ihwal tarekat khalwatiyah, perlu diketahui sejarah singkat syaikh yusuf al-makasari, alasannya beliaulah yang pertamakali berbagi tarekat ini ke indonesia pata tahun 1670 M. al-makasari berguru dan mendapatkan ijazah dari syaikh debu al-albarakah ayyub bin ahmad bin ayyub al-khalwati al-quraisyi serta menerima gelar taj al-khalwati sehingga namanya menjadi syaikh yusuf taj al-khalwati. Di sulawesi selatan dia digelari tuanta salamakari gowa (guru kami yang agung dari gowa). Nama lengkapnya Muhamad yusuf bin abdullah debu mahasin al-taj al-khalwati al-makasari.
Dalam perjalanan kehidupannya al-makasari sempat mencar ilmu beberapa tarekat diantanya dia sempat mencar ilmu tarekat qadiriyah dan mendapatkan ijazah pribadi dari al-raniri kemudian mencar ilmu tareakt naqsyabandiyah dari Muhamad bin abd al-baqi al-mizjaji al-naqsyabandi (w. 1074 H/1664 M), al-makassari juga sempat mencar ilmu kepada syaikh maulana sayyid ali al-zabidi dan dari gurunya ini diduga al-makassari menerima ijazah tarekat ba’alawiyah, kemudian dari mullah ibrahim dia mendapatkan anutan tarekat syattariyah dan yang terakhir al-makassari mencar ilmu kepada syaikh debu al-barakah ayyub bin ahmad bin ayyub al-khalwati al-quraisyi yang menggelari al-makassari dengan taj al-khalwati dan ia mendapatkan ijazah tarekat khalwatiah.
  1. Ajarannya
Al-makassari ialah seorang ulama yang luar biasa, terutama ialah seorang sufi, juga seorang mujadid dalam sejarah islam nusantara. Tasaufnya tidak menjauhkan dari masalah-masalah keduniawian, anutan dan amalan-amalannya mengatakan kegiatan yang berjangkauan luas, ia banyak memainkan peranan dalam bidang politik di banten, bahkan memimpin perlawanan terhadap belanda setelah sultan ageng tirtayasa tertangkap.
Dalam bidang ilmiah al-makassari menulis karya-karyanya dalam bahasa arab yang sempurna. Hampir semua karyanya membicarakan ihwal tasauf, kaitannya dengan ilmu kalam. Dalam mengembangkan ajarannya al-makassari sering mengutip sufi al-ghazali, junaidi al-baghdadi, ibnu al-arabi, al-jilli, ibnu atha’Allah, dan lain-lain.
Konsep utama tasawuf al-makassari ialah pemurnian kepercayaan (aqidah) pada keesaan Tuhan. Ini merupakan usahannya dalam menjelasan transendensi dewa atas ciptaan-Nya, al-makassari menekankan keesaan tuhan, keesannya-Nya tidak terbatas dan mutlak. Tauhid ialah komponen penting dalam anutan islam, yang tidak percaya pada tauhid menjadi kafir.
Meskipun berpegang teguh pada transendensi tuhan, al-makassari percaya dewa itu meliputi segalanya (al-ahattah) dan ada di mana-mana  (al-ma’iyyah) atas ciptann-nya tetapi al-makassari beropini meski dewa mengungkapkan dirinya dalam ciptaan-nya, hal itu tidak berarti bahwa ciptaan-Nya itu ialah dewa itu sendiri, ssemua ciptaan ialah semata-mata wujud alegoris (al-mawjud al-majazi). Dengan demikian ibarat al-alsingkili, ia percaya ciptaan hanyalah bayangan dewa bukan dewa itu sendiri. Menurut al-makassari “ungkapan” dewa dalam ciptaan-Nya bukanlah berarti kehadiran “fisik” dewa dalam diri mereka.
Dengan konsep al-ahathah dan al-ma’iyah tuhan turun (tanazzul), sementara insan naik (taraqqi), suatu proses spiritual yang membawa keduanya semakin dekat. Namun proses itu tidak akan mengambil bentuk dalam kesatuan final antara insan dan tuhan; sementara keduanya menjadi semakin bersahabat bekerjasama dan pada kesudahannya insan tetap insan dan dewa tetap tuhan. Dengan demikian al-makassari kelihatan-nya menolak konsep wahdat al-wujud (kesatuan wujud) dan al-hulul (inkarnasi ilahi).
Tuhan tidak sanggup diperbandingkan dengan apa pun (laisa ka mitslihi syai’). Beliau mengambil konsep konsep wahdat al-syuhud (kesatuan kesadaran atau monisme fenomenologis). Dengan hati-hati beliah merenggangkan diri dengan dokrin wahdat al-wujud ibnu-arabi dan kepercayaan al-hulul abu manshur al-hallaj serta mengambil kepercayaan wahdat al-syuhud yang dikembangkan ahmad al-sirhindi dan syah wali Allah.
Ciri yang paling menonjol dari teologi al-makassari mengenai keesaan dewa ialah usahanya untuk mendamaikan sifat-sifat dewa yang sepertinya saling bertentangan. Tuhan, misalnya, mempunyai sifat yang pertama (al-awwal) dan yang terakhir (al-akhir), sifat-sifat yang lahir (al-zhahir) dan yang batin (al-batin), yang memberi petunjuk (al-hadi) tetapi yjuga yang membiarkan insan tersesat (al-mudhil). Semua sifat-sifat ini sepertinya saling bertentangan. Ini harus dipahami sesuai dengan keesaan dewa sendiri. Jika menekankan yang satu dengan mengabaikan yang lain akan membawa kepada keyakinan dan amalan-malan yang salah. Hakikat dewa ialah kesatuan dari pasangan sifat-sifat yang saling bertentangan itu dan tak seorang pun memahami rahasianya, kecuali mereka yang telah diberi pengetahuan oleh dewa sendiri. Dalam teologinya al-makassari sangat patuh kepada kepercayaan asy’ariyah. Dalam hubungannya dengan keyakinan yang tepat pada keseluruhan rukun iman dia mengimbau kaum muslimin untuk sepenuhnya mendapatkan makna yang mendua dari beberapa ayat al-Quran (al-ayat al-mutsyabihat).
Al-makassari membagi kaum beriman ke dalam empat kategori. Pertama, orang yang hanya mengucapkan syahadat (pernyataan iman) tanpa benar-benar beriman, dinamakan orang munafik. Kedua, orang yang mengucapkan syahadat dan menanamkannya dalam jiwa mereka dinamakan kaum beriman yang awam (al-mu’min al-awamm). Ketiga, orang yang beriman yang benar-benar menyadari implikasi lahir dan batin dari pernyataan keimanan dalam kehidupan mereka, dinamakn golongan elit (ahl-khawashsh). Keempat, ialah kategori tertinggi orang beriman yang keluar dari golongan ketiga dengan jalan mengintensifkan syadat mereka terutama dengan mengamalkan tasawuf dengan tujuan menjadi lebih bersahabat dengan tuhan, mereka dinamaka “yang terpilih dari golongan elit” (khashsh al-khawashsh).
Ajaran-ajaran dasar tarekat khalwatiyah
  1. Yaqza : kesadaran akan dirinya sebagai makhluk yang hina di hadapan Allah SWT. Yang maha agung.
  2. Taubah : memohon ampunan atas segala dosa.
  3. Muhasabah : introspeksi diri.
  4. Inabah : berhasarat kebali kepada Allah.
  5. Tafakkur: merenung ihwal kebesaran Allah.
  6. I’tisam : selalu bertindak sebagai khalifah Allah di bumi.
  7. Firar : lari dari kehidupan jahat dan keduniawian yang tidak berguna
  8. Riyadah : melatih diri dengan bederma sebanyak-banyaknya.
  9. Tasyakur: selalu bersyukur kepada Allah dengan mengabdi dan memuji-Nya.
  10. Sima’: mengonsentrasikan seluruh anggota badan dalam mengikuti perintah-perintah Allah terutama pendengaran.
Murid harus tawajjuh, yaitu murid bertemu dan mendapatkan pelajaran-pelajaran dasar khusus dari guru secara berhadap-hadapan. Di sini mursyid mengajarkan juga zikir-zikir tertentu, silsilah diberikan, sehabis itu diadakan baiat, talkin. Tahap awal yang harus dilakukan seorang calon murid menjelah pembaiatan ialah harus mengadakan penyucian batin, sikap dan sikap yang tidak baik seperti:
  1. Hasad: sikap dengki terhadap nikmat Allah yang diberikan kepada orang lain.
  2. Riya: mempertontonkan kekayaan atau amal supaya menerima kebanggaan dari orang lain.
  3. Ghibah: membicarakan orang lain yang bersifat celaan dan hinaan.
Sesudah suci batinnya diisi dengan sikap dan sikap terpuji seperti:
  1. Husn al-zhan: berbaik sangka kepada Allah dan insan sebagai makhluk ciptaan-Nya
  2. Husn al-khuluq: berakhlak baik terhadap Allah dan segala ciptaan-Nya
  3. Husn al-adab: bersopan santun terhadap Allah sebagai bukti taslim
Para anggota tarekat (murid) dibedakan berdasarkan tingkatan-tingkatan (maqam-maqam) sebagai berikut:
  1. Maqam bidayah atau permulaan
Pada maqam ini ditempuh jalan akhyar (orang terbaik), yaitu cara untuk lebih melatih, untuk memperbaiki dan memperbanyak ibadah ibarat shalat, shalat sunnat, puasa, membaca al-quran, zakat, naik haji, dan jihad. Pada maqam ini mulai diajarkan zikir nafi itsbat, yaitu kalimat la ilaha illa Allah dengan jumlah yang ditetapkan dalam latihannya (biasanya antara 10-100-300 kali setiap hari)
  1. maqam tawassut/khawashsh atau tingkat khusus
pada maqam ini ditempuh mujahadah, yaitu cara latihan batin yang keras untuk mengubah khlak menjadi islami dengan melipatgandakan amal lahir dan batin. Latihan dzikirnya ditambah lagi dengan zikir Allah-Allah dengan jumlah tertentu (biasanya antara 40-101-300 kali setiap hari)
  1. maqam nihayah atau al-khash al-khawashsh
maqam ini merupakan maqam mahir zikir, yaitu jalan bagi golongan yang sangat cinta kepada Allah dan merupakan golongan yang tertinggi, baik dari kesungguhan pelaksanaan syari’at maupun latihan-latihan jiwanya sehingga terbuka hijab antara hamba dan tuhannya. Ini berarti dia sudah karam dan bersahabat sekali dengan tuhan. Latihan zikir yang diamalkan ialah zikir ism al-isyarah yaitu huwa-huwa dan ah-ah. Zikir ah-ah ialah zikir yang khusus diberikan dan diamalkan oleh syaikh mursyid atau murid tertentu yang terpilih.
  1. Silsilah tarekat khalwatiyah
Wasilah ialah mediasi melalui seorang pembimbing spiritual (mursyid) sebagai sesuatu yang sangat diharapkan demi kemajuan spiritual. Untuk hingga kepada perjumpaan dengan yang mutlak sesorang tidak hanya memerlukan bimbingan tetapi campur tangan aktif dari pihak pembimbing spiritualnya dan pra pendahulu sang pembimbing, termasuk yang paling penting nabi Muhamad. Inilah arti penting dari silsilah : ia mengatakan rantai yang menghubungkan seseorang dengan nabi dan melalui dia hingga ke tuhan. Oleh alasannya itu, bab yang penting dalam pencarian spiritual ialah menemukan seorang mursyid yang sanggup diandalkan. Seseorang harus mengikuti bimbingan sang guru tanpa syarat, patuh mutlak ibarat mayit di tangan orang yang memandikan.
  1. Karya-karya al-makassari
Menurut azyumardi azra ada delapan di antara karya tulis al-makassari yang ditulis di ceylon, yaitu:
ü  Al-barakat al-saylaniyah
ü  Al-nafahat al-saylaniyah
ü  Al-manhat al-saylaniyah fi manhat al-rahmaniyah
ü  Kayfiyah al-mughni fi al sa’adat al-murid
ü  Habl al-warit li sa’adat al-murid
ü  Safinah a-najah
ü  Mathalib al-salikin
ü  Risalah al-ghayat al-ikhtishar wa al-nihayat al-intizhar


Sumber :

MENGENAL TAREKAT KHALWATIYAH


Sumber http://tarekataulia.blogspot.com/

Comments